-->

Featured Posts

REALITA PETERNAKAN AYAM MODERN: METAMORFOSA GANGGUAN PERNAPASAN

Kondisi dalam kandang yang kotor, pengap, dan berdebu akan menjadi faktor pencetus gangguan pernapasan pada ayam modern.

Oleh: Tony Unandar
Private Poultry Farm Consultant - Jakarta

Mencermati sejarah kosmopolitan gangguan pernapasan pada ayam modern dan diperkuat refleksi hasil observasi lapangan selama lebih dari empat dekade di lapangan, penulis memberanikan diri membuat tulisan ilmiah popular terkait pergeseran wajah (metamorfosa) gangguan pernapasan pada ayam modern.

Tulisan ini bertujuan agar para peternak dan sejawat praktisi perunggasan tidak lagi terjebak dengan pola-pola lama yang hanya mengandalkan program vaksinasi dan/atau medikasi semata dalam merancang strategi kesehatan ayam selama pemeliharaan, khususnya terkait gangguan pernapasan.

Gangguan Pernapasan Ayam Modern
Efektivitas penanganan gangguan pernapasan pada peternakan ayam modern bisa dipahami dari tiga lapis sudut pandang, yaitu dimensi biologi (agen penyebab), dimensi manajemen (sistem dan lingkungan pemeliharaan ayam), dan dimensi filosofis gangguan pernapasan (beserta makna strategi yang diterapkan).

1. Dimensi Biologi
Problem pernapasan pada ayam modern biasanya mencakup infeksi patogen berupa virus (misalnya ND, IB, AI) atau bakteri (misalnya E. coli, mycoplasma), serta faktor-faktor non-infeksius seperti debu, amonia, atau kondisi akibat ventilasi buruk.

Dengan demikian, pemahaman filosofis dari dimensi biologi ini adalah:
• Sistem pernapasan ayam juga merupakan gerbang kehidupan alias barier mekanik (termasuk komponen innate immunity) bagi ayam modern, maka setiap gangguan yang ada langsung memengaruhi oksigenasi sampai di tingkat jaringan tubuh, laju metabolisme pada tataran sel-sel tubuh, feed intake, hingga performa akhir.

• Suatu gangguan pernapasan pada ayam modern umumnya jarang berdiri sendiri dan biasanya merupakan kombinasi atau interaksi antara sesama agen infeksius atau antara faktor non-infeksius dengan agen infeksius, misalnya interaksi virus (ND, IB, AI) membuka jalan bagi infeksi bakteri E. coli, atau kondisi kandang dengan amonia tinggi (> 25 ppm) akan mempermudah infeksi mikoplasma atau bakteri E. coli.

2. Dimensi Manajemen
Dalam konteks peternakan ayam modern, beberapa kondisi manajemen pemeliharaan mempunyai dasar filosofis yang adekuat untuk mencegah dan/atau mereduksi prevalensi gangguan pernapasan di lapangan, misalnya:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2025. (toe)

MUNAS IX ASOHI, HARRIS PRIYADI RESMI JABAT KETUA UMUM PERIODE 2025-2029, GOWINDA SIBIT KETUA BADAN PENGAWAS

Foto bersama Munas IX ASOHI. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) resmi menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) IX pada Kamis (23/10/2025), di IPB Convention Center (IICC) Bogor, Jawa Barat, dengan mengusung tema “Bersama ASOHI, Sinergi Kuat, Industri Meningkat.”

Munas kali ini menjadi momentum strategis untuk memperkuat fondasi industri obat hewan yang sehat, mandiri, dan berdaya saing global, sekaligus bersama-sama menyatukan visi dan meneguhkan profesionalisme industri obat hewan nasional.

Sejak berdiri pada 25 Oktober 1979, ASOHI telah menjadi mitra penting pemerintah dalam memajukan kesehatan hewan dan peternakan Indonesia. Kini, memasuki usia ke-46, organisasi ini kian menegaskan perannya sebagai pilar utama pengembangan industri veteriner di Tanah Air melalui tata kelola organisasi yang profesional, etika bisnis yang kuat, dan jejaring nasional yang solid.

“ASOHI telah menempuh perjalanan panjang dalam memperkuat industri obat hewan Indonesia. Melalui Munas IX ini kami ingin memastikan sinergi yang lebih kuat antara pelaku usaha, regulator, akademisi, dan masyarakat profesi,” ujar Ketua Panitia Pelaksana MUNAS IX ASOHI, Drh Almasdi Rahman.

Sementara itu, Ketua Umum ASOHI periode 2015-2021 dan 2021-2025, Drh Irawati Fari, menambahkan bahwa konsistensi menjadi kunci dalam memperkuat sinergi. “Konsistensi adalah kunci keberlanjutan. Selama dua periode kepemimpinan kami terus menjaga agar ASOHI menjadi organisasi yang bukan hanya solid secara internal, tetapi juga relevan terhadap dinamika nasional dan global,” tuturnya.

Menurutnya, industri obat hewan kini tidak lagi berorientasi pada produksi, tetapi juga pada kualitas, keamanan, dan tanggung jawab sosial. “Kita sedang memasuki era baru industri veteriner, dimana keberhasilan tidak diukur hanya dari volume, tetapi dari nilai keberlanjutan, inovasi, dan kontribusi nyata terhadap kesehatan masyarakat dan kesejahteraan hewan,” tambahnya.

Ia juga menegaskan, keberadaan ASOHI selama 46 tahun adalah bukti nyata kolaborasi lintas sektor yang kuat antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan profesi veteriner.

“ASOHI akan terus menjadi jembatan antara regulasi, inovasi, dan implementasi di lapangan. Sinergi dengan Kementerian Pertanian, akademisi, dan para pelaku usaha akan memastikan Indonesia mampu berdiri sejajar dengan negara lain dalam tata kelola industri obat hewan yang bermutu dan berdaya saing tinggi,” ucapnya.

Oleh karena itu, dengan terlaksananya Munas IX ASOHI, bukan hanya sekadar momentum pergantian kepengurusan, tetapi wujud komitmen bersama untuk memastikan industri obat hewan Indonesia tumbuh secara berkelanjutan.

"Melalui kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung ASOHI. Ini saatnya kita membuka lembaran baru, semoga ke depan ASOHI menjadi asosiasi yang lebih adaptif, inklusif, dan terus memberikan kontribusi secara nyata. Diharapkan kepengurusan yang baru nanti, kita juga menjadi lebih solid dan dapat menjalankan amanah serta program ASOHI lebih baik lagi," harapnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertanian yang diwakili Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Drh Agung Suganda, mengatakan bahwa ASOHI merupakan mitra strategis pemerintah dalam membantu menjaga kesehatan hewan dan ketahanan pangan Indonesia.

"Termasuk dalam melindungi masyarakat dari ancaman penyakit zoonosis dan resistansi antimikroba (AMR). Saya juga berharap ASOHI menjadi mitra yang dapat membantu menyediakan obat hewan yang terjangkau bagi masyarakat," ujar Agung.

Agung Suganda meresmikan pembukaan Munas IX ASOHI.

Dengan terlaksananya Munas ASOHI, melalui kepengurusan dan program kerja yang baru, diharapkan dapat terus bersinergi untuk saling bertukar informasi dan menyelesaikan berbagai kendala yang ada di industri obat hewan.

"Saya minta minimal sebulan sekali kita ada forum dengan ASOHI untuk saling bertukar informasi. Karena ASOHI merupakan jembatan penghubung antara pemerintah dan industri obat hewan supaya ke depannya bisa menjadi lebih baik lagi. Dengan sinergi yang kuat tentu harus dibarengi dengan kolaborasi yang lebih kuat lagi agar industri tumbuh dan meningkat," tukasnya.

Harris Priyadi Ketua Umum ASOHI Baru, Gowinda Sibit Ketua Badan Pengawas 
Sebagai forum tertinggi organisasi, Munas IX dihadiri oleh pengurus pusat, pengurus daerah dari 16 provinsi, perwakilan anggota, instansi pemerintah, asosiasi lintas sektor, hingga mitra strategis.

Adapun agenda utama meliputi pengesahan laporan pertanggung jawaban pengurus ASOHI 2021-2025; penyempurnaan AD/ART dan kode etik organisasi; penyusunan program kerja 2025-2029, pemilihan ketua umum ASOHI periode 2025-2029, serta pembahasan rekomendasi dan arah kebijakan strategis organisasi.

Dari hasil vote secara luring dan daring, Harris Priyadi resmi terpilih menjadi Ketua Umum ASOHI yang baru periode 2025-2029.

Harris Priyadi (ketiga kiri) resmi terpilih sebagai Ketum ASOHI periode 2025-2029 dan Gowinda Sibit (kedua dari kiri) sebagai Ketua Badan Pengawas.

Adapun Visi yang diusung adalah mewujudkan ASOHI yang lebih inovatif, fasilitatif, dan lebih kuat dengan seluruh pemangku kepentingan untuk kemajuan industri peternakan dan kesehatan hewan Indonesia.

Harris juga mengusung Misi (Catur Krida). Pertama, Bersama ASOHI: Mendorong interaksi dan komunikasi transparan, pelaporan terjadwal kepada anggota, pemanfaatan teknologi informasi, serta database untuk pemutakhiran data industri, lama ASOHI (sosmed).

Kedua, ASOHI Sinergi: Meningkatkan kolaborasi efektif dengan pemerintah dan mitra strategis lokal dan regional, fokus solusi pengembangan industri obat hewan, peternakan, dan kesehatan hewan.

Ketiga, ASOHI Kuat: Menguatkan peran, profesionalitas, dan kemandirian ASOHI Daerah, pembentukan ASOHI Jakarta-Banten, atensi dan kunjungan interaksi pusat dan daerah, serta kaderisasi anggota.

Keempat, Industri Meningkat: Melanjutkan peran aktif ASOHI pada kemajuan industri obat hewan serta peternakan dan kesehatan hewan Indonesia, mendukung kearifan lokal obat hewan, peternakan dan kesehatan hewan, AMR, TKDN, ASUH, serta mengacu pada roadmap pengembangan obat hewan Indonesia.

"Insyaallah saya siap menjalankan amanah dengan baik dan profesional, khususnya terhadap program-program kerja yang sudah kita buat untuk kebaikan bersama. Saya terbuka terhadap saran dan masukan. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya," ujar Harris dalam sambutannya usai pemilihan Ketua Umum ASOHI.

Munas kali ini juga menetapkan Drh Gowinda Sibit sebagai Ketua Badan Pengawas ASOHI (BPA) 2025-2029 menggantikan Gani Harijanto Ketua BPA 2021-2025. Pemilihan dan Penetapan BPA dilakukan oleh Presidium Sidang yang dipimpin oleh Tedy Candinegara. Berdasarkan AD/ART hasil Munas,  BPA merupakan badan yg bersifat kolektif kolegial dalam pengambilan keputusan. Pada Munas kali ini, ditetapkan juga 6 anggota BPA 2025-2029 yaitu Gani Harijanto,  Irawati Fari, Rakhmat Nuriyanto,  Fadjar Sumping Tjaturrasa, Peter Yan dan Bambang Suharno. 

Peluncuran Buku Roadmap Pengembangan Obat Hewan Indonesia.

Selain pemilihan ketua, Munas IX ASOHI juga dilengkapi dengan peluncuran Buku “Roadmap Pengembangan Obat Hewan Indonesia” yang memuat peta jalan pengembangan industri hingga 2035 mendatang, serta menghadirkan ceramah ekonomi dari pakar ekonomi nasional, Sondang Anggraini, yang memaparkan materi mengenai prospek ekonomi makro dan arah kebijakan industri peternakan ke depan. (RBS)

DIRJEN PKH BUKA MUNAS ASOHI KE IX, DORONG SINERGI INDUSTRI OBAT HEWAN LEBIH KUAT

Dirjen PKH DR Drh Agung Suganda, MSi membuka Munas IX ASOHI 2025 dengan pemukulan gong didampingi Ketum, Sekjen ASOHI dan Ketua Panitia. (Foto: Dok. Infovet)

Infovet, Bogor – Musyawarah Nasional (Munas) ke-9 Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) resmi dibuka pada Kamis (23/10/2025) di International Convention Center (IICC) Bogor. Mengusung tema "Bersama ASOHI Sinergi Kuat Industri Meningkat", acara ini dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, Dr. Drh. Agung Suganda, M.Si., yang mewakili Menteri Pertanian RI. Dalam sambutannya, Dirjen PKH Agung Suganda menekankan pentingnya sinergi industri obat hewan yang lebih kuat, mengingat tingginya kontribusi sektor ini terhadap proses produksi peternakan dan Kesehatan hewan dan sebagai penyumbang devisa negara dengan catatan ekspor ke lebih dari 95 negara.

Apresiasi dan Harapan Pemerintah

Dirjen PKH Agung Suganda menyampaikan harapannya agar Munas ke-9 ASOHI ini dapat memilih Ketua Umum baru yang memiliki kemampuan untuk meneruskan dan memperkuat sinergi industri obat hewan. Agung menegaskan bahwa capaian ekspor obat hewan sebesar Rp 5,5 Triliun adalah bukti nyata bahwa industri dalam negeri mampu bersaing di kancah global.

Setelah secara simbolis membuka Munas, Agung Suganda juga berkesempatan melakukan launching buku berjudul “Roadmap Pengembangan Obat Hewan Indonesia”. Buku ini merupakan sumbang pikir strategis dari ASOHI yang didedikasikan untuk Pemerintah dalam rangka memajukan sektor kesehatan hewan nasional.

Agenda Strategis dan Partisipasi Munas

Sementara itu Ketua Umum ASOHI saat ini, Drh. Irawati Fari, dalam sambutannya menyampaikan selamat datang kepada para tamu undangan dan peserta Munas. Ira menjelaskan bahwa Munas ke-9 ini adalah momentum strategis untuk melakukan refleksi, konsolidasi, serta penanda akhir dari kepengurusan sebelumnya sebelum memilih Ketua Umum dan pengurus ASOHI yang baru untuk masa bakti berikutnya.

"Munas ini juga menandai kepengurusan sebelumnya dan memilih ketua umum dan pengurus ASOHI untuk kejayaan asosiasi selanjutnya," tandas Ira, sembari menyampaikan apresiasi dan terima kasihnya kepada seluruh pengurus pusat dan daerah serta anggota ASOHI atas dukungan selama ini.

Acara Munas diselenggarakan secara hybrid, menggabungkan kehadiran luring dan daring, dengan tak kurang dari 120 peserta yang hadir di Ballroom IICC dan melalui kanal Zoom. Peserta luring dan daring ini berasal dari 17 ASOHI Daerah dari berbagai provinsi di seluruh Indonesia.

Ketua Panitia Munas, Drh. Almasdi Rachman, menyampaikan terima kasih kepada semua pihak atas kehadirannya. Almasdi melaporkan bahwa persiapan dan penyelenggaraan Munas berjalan lancar berkat dukungan penuh dari para sponsor dari dunia usaha peternakan dan kesehatan hewan, anggota ASOHI, serta kerja keras tim panitia.

Pembukaan Munas juga turut dihadiri oleh utusan dari asosiasi-asosiasi pilar utama peternakan dan kesehatan hewan, serta perwakilan dari lembaga-lembaga pemerintahan terkait, hal ini menunjukkan kuatnya dukungan ekosistem terhadap ASOHI.

Sesi Khusus Pra-Munas

Sebelum agenda inti Munas dimulai, Irawati Fari juga menginformasikan bahwa akan diselenggarakan sesi ceramah ekonomi oleh Ir. Sondang Anggraini, MA (Tenaga Ahli Utama Dewan Ekonomi Nasional, Mantan Dubes RI di WTO). Ceramah tersebut akan mengulas topik penting: “Dampak Kebijakan Tarif Presiden AS Donald Trump Terhadap Ekonomi Indonesia, Khususnya Bidang Peternakan/Pertanian”.

Acara yang diawali dengan doa bersama ini diharapkan menjadi titik tolak bagi penguatan industri obat hewan Indonesia dalam menghadapi tantangan global dan domestik, serta meneruskan tradisi kontribusi positif terhadap pembangunan sektor peternakan dan kesehatan hewan nasional. Munas ke-9 ASOHI akan menjadi penentu arah strategis asosiasi untuk periode kepengurusan selanjutnya.*(DS)

MENTERI SAJA SARAPAN TELUR REBUS, KENAPA KITA TIDAK?

Sarapan dengan telur setiap hari meningkatkan kesehatan. (Foto: Istimewa)

Dalam sebulan terakhir, telur ayam makin popular. Penyebabnya, konsumsi telur rebus dikampanyekan oleh orang nomor satu di Kementerian Kesehatan, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin atau yang akrab disapa “Pak BGS” di kalangan pelaku bisnis industri farmasi.

Viral di lini media sosial, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengajak masyarakat Indonesia untuk memulai kebiasaan sarapan sehat dengan dua butir telur rebus setiap pagi. Menu sederhana ini lebih bermanfaat dibandingkan pilihan sarapan populer yang tinggi gula dan kalori.

Tentu saja ini anjuran yang sangat bagus. Bisa menjawab semua isu negatif seputar telur ayam yang dilakukan oleh sebagian orang yang sejatinya tidak paham dengan kelebihan konsumsi telur. Yang memprihatinkan, justru informasi menyesatkan ini disampaikan oleh oknum dokter.

“Kalau pertama kali makan atau sarapan jangan yang manis-manis seperti sereal, nasi uduk, atau lontong. Itu bikin gula kita langsung akan naik. Kita butuh makanan sehat, contohnya protein seperti telur,” kata BGS dalam unggahan di akun Instagram resminya @bgsadikin, Rabu (17/9/2025).

Video singkat ini “berselancar” ke beranda semua lini media sosial, sehingga cukup efektif untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang pentingnya konsumsi telur. Dalam video tersebut, BGS bukan hanya bicara tetapi juga memakan dua butir telur rebus. Gaya eduksi BGS memang cukup unik dan beda dengan menteri lainnya.

Menurut BGS, satu butir telur rebus mengandung sekitar 6 gram protein dan 60 kalori. Dua telur bisa memberikan 12 gram protein dan energi sekitar 120 kalori. Selain sehat, harganya juga terjangkau. “Satu telur ini cuma Rp 2.500, jadi kalau dua telur hanya Rp5.000," ujarnya dalam video tersebut.

Ia menekankan pentingnya mencukupi kebutuhan protein harian, yang idealnya sekitar 0,8 gram per kilogram berat badan. Dengan berat badan 72 kilogram, ia menyebut dirinya membutuhkan 57,6 gram protein per hari. Konsumsi dua telur di pagi hari bisa menutup sebagian kebutuhan tersebut.

Setelah berpuasa 8-10 jam saat tidur malam, tubuh sebaiknya diberi asupan yang tidak memicu lonjakan gula darah (glucose spike). Itulah sebabnya ia menyarankan untuk memulai hari dengan protein atau sayuran, bukan makanan manis. “Sudah praktis buatnya, tinggal celup 5-7 menit, murah lagi. Cukup awali sarapan dengan dua butir telur rebus tanpa tambahan saus tinggi kalori,” kata dia.

Menkes berharap masyarakat bisa lebih sadar terhadap pilihan makanan sehari-hari. “Yuk, mulai hidup sehat dari sekarang. Dimulai dari kesadaran akan makanan yang kamu santap,” tutupnya pada keterangan Instagram ketika ia menyantap dua butir telur.

Anjuran Menteri Kesehatan ini sekaligus menjawab banyaknya keraguan para pra lansia dan lansia untuk mengonsumsi telur. Hingga sekarang, masih banyak orang usia di atas 50 tahun merasa khawatir makan telur, terutama bagian kuningnya. Ada yang beranggapan makan kuning telur berbahaya bagi kesehatan karena kandungan kolesterolnya yang tinggi. Orang yang setuju dengan anggapan ini, biasanya hanya konsumsi putih telurnya saja. Bagian kuningnya disisihkan.

Kebiasaan menyisihkan kuning telur dan hanya memakan bagian putihnya saja saat makan juga dilakukan oleh Subono. Sejak dulu, pensiunan TNI AL ini juga gemar mengonsumsi telur ayam. Namun setelah pensiun dari dinas kemiliteran, pria berumur mendekati 70 tahun ini hanya konsumsi bagian putih telurnya saja.

“Telur itu sumber protein yang bagus. Dari dulu saya suka makan, terutama telur rebus, paling suka. Tapi sekarang cuma makan putihnya saja, biar aman. Takut kolesterol,” ucapnya kepada Infovet.

Kekhawatiran tersebut memang bisa dimaklumi. Di usianya yang makin tua, kadang rasa takut konsumsi telur muncul. Meskipun sebelumnya sudah bertahun-tahun makan telur dan tak ada masalah dengan penyakit yang dikhawatirkan. Namun sejatinya, tak perlu ada rasa khawatir yang berlebihan. Bagimanapun banyak lansia yang konsumsi telur tetap aman-aman saja, yang penting tidak berlebihan.

Anjuran Presiden Prabowo
Konsumsi telur rebus ternyata bukan hanya “dipromosikan” oleh Menkes BGS, tetapi juga oleh Presiden Prabowo Subianto melalui Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana. Dalam keterangan resminya, Dadan menyebut Presiden menginginkan telur untuk Makan Bergizi Gratis (MBG) hanya boleh dimasak dengan dua cara, yakni digoreng ceplok (telur mata sapi) atau direbus (telur bulat).

“Jadi telur itu, beliau hanya boleh dua (cara) dimasak telur itu. Satu diceplok, satu lagi telur bulat,” tutur Dadan.

Ia juga menyebutkan, Prabowo tidak ingin telur dalam program MBG dimasak dengan cara diorek-orek atau didadar. “Jadi beliau sangat tidak ingin telur itu diorek-orek atau didadar. Karena kalau didadar kan untuk tujuh orang bisa dengan lima telur, untuk 10 orang bisa lima telur. Nah, kalau diceplok dengan dibulat, itu sudah pasti kelihatan telurnya,” ujarnya.

Sebagian orang tua murid mengapresiasi permintaan Presiden Prabowo. Pemberian telur ceplok atau rebus bisa mencegah terjadinya kecurangan di pemilik catering Program MBG. Satu anak harus dapat satu butir telur, bukan dibagi jadi beberapa bagian.

Winarti, orang tua murid di Depok berpendapat, setuju dengan yang sampaikan Presiden. “Saya perhatikan Pak Presiden jeli untuk urusan telur. Kalau didadar kan misalnya 7 butir, bisa dibagi buat 10 porsi. Tapi kalau direbus atau ceplok bisa cateringnya tidak bisa bohong,” ujarnya kepada Infovet.

Pendapat serupa juga dikatakan oleh Ruslan Sumadi, orang tua murid yang juga tinggal di Depok. Bahkan menurutnya, kalau lauk telur rebus atau ceplok, tidak mungkin anak keracunan. “Mungkin lauk lainnya yang jadi penyebab banyaknya kasus keracunan MBG,” katanya.

Ruslan dan Winarti sama-sama memiliki anak yang sekolah SMP di Depok. Mendengar berita banyaknya kasus keracunan MBG, mereka merasa khawatir. Padahal, saat makan di rumah, keduanya mengaku sering memberikan lauk telur.

“Kalau pagi kan paling praktis bikin telur ceplok atau dadar buat sarapan anak sebelum sekolah. Buat makan malam, kadang anak juga minta dibuatkan telur ceplok,” kata Winarti.

Harga di Bawah Kerupuk
Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Prof Dr Ir Ali Khomsan, menyebut konsumsi telur ayam sangat dianjurkan untuk semua kalangan, baik anak-anak maupun orang dewasa. Sebab, telur merupakan sumber protein dan kandungan gizi lainnya yang tinggi dengan harga terjangkau bagi masyarakat.

Dalam perbicangan dengan Infovet sebelumnya, Ali Khomsan berpendapat mengonsumsi satu jenis menu secara terus-menerus memang bisa membosankan. Karena itu, variasi dalam mengolah telur sangatlah penting. Salah satunya diolah dadar atau olahan lain berbahan telur.

Bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan ibu menyusui, asupan gizi protein hewani dari daging ayam dan telur sangat dibutuhkan. “Kandungan asam amino yang ada di dalam telur dan daging ayam juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh,” ujar pakar gizi ini.

Menurutnya, konsumsi telur dan daging ayam bagi anak-anak sangat baik dan bisa dimulai sejak awal ibu-ibu menyusui bayinya. Daging ayam mengandung protein, zat besi, magnesium, vitamin, dan fosfor.

Bisa jadi, untuk sebagian kalangan masyarakat masih menganggap harga telur mahal. Selain itu, membeli telur tidak bisa satuan lazimnya membeli lauk lain, semisal gorengan. Namun demikian, jika dihitung, harga telur ayam masih di bawah harga kerupuk yang kandungan gizinya sangat minim. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

BERTAHAN DARI PENYAKIT PERNAPASAN

Sediakan pakan bernutrisi tinggi untuk memperkuat sistem imun ayam sehingga mampu bertahan terhadap serangan penyakit pernapasan. (Foto: Dok. Infovet)

Alat pernapasan merupakan organ tubuh yang mudah terserang penyakit, karena adanya hubungan langsung antara rongga hidung dengan alveoli di dalam paru-paru. Adapun jenis penyakit pernapasan yang dapat terjadi pada peternakan ayam antara lain avian influenza (AI-H5NI), newcastle disease (ND), infectious bronchitis (IB), infectious laryngo-tracheitis (ILT), swollen head syndrome (SHS), chronic respiratory disease (CRD) atau CRD kompleks (CRDK), infectious coryza, kolera unggas, koliseptisemia, dan aspergilosis.

Meskipun telah diketahui bahwa sejumlah agen penyakit secara individual bertanggung jawab atas terjadinya penyakit pernapasan, namun di lapangan kejadiannya biasanya bersifat kompleks. Hal ini terjadi karena berbagai etiologi ikut terlibat di dalamnya, yaitu interaksi antar mikroorganisme (virus, bakteri, mikoplasma), agen imunosupresif, dan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (Kleven dan Glisson, 1997).

Kejadian penyakit pernapasan cenderung meningkat selama curah hujan tinggi, kemarau panjang, maupun saat peralihan musim dari kemarau ke penghujan atau sebaliknya. Pada umumnya, infeksi virus dan mikoplasma terjadi dalam waktu berdekatan untuk mendapatkan efek yang sinergistik. Ayam yang bebas mikoplasma akan mempunyai gejala klinik yang lebih ringan setelah ditantang virus IB, dibandingkan dengan ayam yang secara kronik sudah terinfeksi mikoplasma (Tabbu, 2002).

Penyakit imunosupresif (gumboro, mikotoksin, leukosis, chicken anemia virus (CAV), Marek) dan infeksi reovirus dapat meningkatkan kepekaan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit pernapasan.

Dalam diagnosis penyakit pernapasan ayam, selain tanda klinik umum (lesu dan nafsu makan menurun), perlu diperhatikan adanya suara yang abnormal dari pernapasan, misalnya bersin, sesak napas atau ngorok, atau bernapas dengan mulut, serta gejala tidak langsung atau yang tidak ada hubungannya dengan pernapasan seperti mata berair dan gejala syaraf.

Sedangkan pada pemeriksaan patologi anatomi dapat dijumpai adanya kekeruhan/penebalan kantong udara, peradangan pada saluran pernapasan bagian atas dan paru-paru. Agen infeksi yang sering ditemukan di lapangan adalah yang disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum (MG) dan Mycoplasma synoviae (MS). Tingkat keparahan infeksi MG dan MS pada ayam dapat diperberat oleh adanya infeksi campuran dengan virus-virus respiratorik antara lain IB, ND, Avian metapneumovirus, AI, serta reaksi terhadap vaksin live yang diberikan. Keparahan juga dapat terjadi dengan infeksi sekunder dari bakteri lain seperti E. coli dan Pasteurella spp.

Dengan kondisi lingkungan yang tidak optimal (temperatur dingin, litter lembap dan berdebu, serta level amonia tinggi) dapat meningkatkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2025.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departemen Manager
PT Romindo Primavetcom

ASOSIASI HOLESTEIN INDONESIA HADIR DI WORLD DAIRY EXPO 2025

Rochadi Tawaf (paling kiri) bersama Linsey Worden (CEO US Holstein), dan Sarah Sarbecker (Director Sales and Market Development US Holstein), serta Arya Wicaksana (Sekjen AHI) dan Iman Karmawan (Bendahara AHI). (Foto: Dok. Rochadi)

Usai menggelar Kongres Nasional pertama Asosiasi Holestein Indonesia (AHI) pada 10 September 2025, dan launching-nya saat pembukaan ILDEX Indonesia 2025, pada 17-19 September 2025, di ICE BSD City, Tangerang, AHI berangkat ke Medison Wisconsin untuk menghadiri World Dairy Expo, 30 September-3 Oktober 2025 atas undangan ST Genetic, suatu perusahaan penghasil semen beku dan embrio transfer terbesar di USA.

Kesempatan ini dimanfaatkan untuk memperkenalkan AHI secara lebih meluas kepada asosiasi sejenis di dunia. Pasalnya, event World Dairy Expo yang diselenggarakan sejak 1967, telah menjadi kiblat perkembangan peternakan sapi perah dunia.

Expo tersebut setiap tahun dihadiri sekitar 60 negara di dunia. Selain kontes ternak, pameran ini juga menyelenggarakan seminar para ahli dan juga pameran produk dan sarana peternakan sapi perah.

Pada kesempatan ini, AHI mengikuti berbagai kegiatan di antaranya melihat persiapan kontes ternak. Sapi-sapi peserta kontes rata-rata berproduksi sekitar 50-60 liter/hari/ekor. Selain itu, mengikuti farm tour ketiga peternakan sapi perah, yakni Geno Source Farm, yang memiliki populasi 5.000 ekor sapi laktasi dengan rataan produksi 43 liter/ekor yang diperah dengan routers milking parlor robotic.

Kemudian ke peternakan Morman Dairy Farm yang memiliki 1.000 ekor sapi laktasi, rataan produksinya 50 liter/ekor/hari. Menggunakan individual robotic milking facility. Serta kunjungan ke Farnear Holstein Farm yang memiliki 600 ekor sapi laktasi dengan rataan produksi 43 liter/ekor/hari, menggunakan individual robotic miliking facility.

Selain itu, AHI juga mengikuti seminar tentang Introducing The Genetic Tools dengan topik-topik terkait Calculating Milking Speed PTAs Using Sensor Data; Genetic Tools for Healthier Calves, hingga Improving The Wheels On The Car-Hoof Health and Mobility.

Salah satu yang juga menjadi tujuan utama hadirnya AHI di expo ini adalah bertemu dengan Presiden Nasional Asosiasi Animal Breeder US (NAAB), Jay L. Weiker, untuk membicarakan rencana kerja sama dalam membentuk sapi Holstein Indonesia berkaitan dengan prosedur dan pencatatan dalam sistem produksi dan breeding.

Hal serupa juga dilakukan dengan pertemuan bersama CEO US Holstein, Linsey Worden, untuk membahas rencana kerja sama riset dan pengembangan organisasi dan penelitian tentang sapi Holstein Indonesia.

Dua pertemuan tersebut membicarakan sejarah US Holstein ke Indonesia pada 1989, berdirinya AHI September 2025, kerja sama membentuk sapi Holstein Indonesia, rencana kegiatan jangka pendek (seminar), hingga pengajuan proposal kegiatan kerja sama pada 2026 mendatang.

Pada kesempatan emas ini, peternak sapi perah di Indonesia harus banyak belajar seiring dengan perkembangan teknologi, seperti sistem Internet of Thing (IOT) dan robotik, digitalisasi manajemen pemeliharan dan sistem pola breeding yang akan menghasilkan bibit sapi perah yang berkualitas.

Selanjutnya,  AHI akan menjalin kerja sama tekonologi dan peningkatan SDM anggotanya untuk belajar di US Holstein. Kerja sama diharapkan dapat segera terwujud dalam rangka membantu pemerintah mempercepat peningkatan produksi susu nasional dan kesejahteraan peternak sapi perah. (Rochadi Tawaf-Direktur Utama AHI/INF) 

DUKUNG BUDI DAYA UNGGAS PENUHI KESRAWAN, REGULASI SEGERA DISAHKAN

Pemeliharaan cage-free pada ayam petelur. (Foto: Istimewa)

Pemerintah Indonesia menunjukkan dukungan nyata terhadap sistem budi daya unggas yang memenuhi kaidah kesejahteraan hewan (Kesrawan), termasuk di antaranya sistem budi daya ayam petelur bebas sangkar (cage-free).

Melalui regulasi baru tentang penyelenggaraan kesejahteraan hewan yang saat ini tengah difinalisasi, pemerintah memberi sinyal kuat bahwa masa depan peternakan, termasuk ayam petelur akan semakin berorientasi pada praktik pemeliharaan yang lebih ramah terhadap hewan dan berkelanjutan.

Ketua Tim Kerja Advokasi Kesejahteraan Hewan, Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner (Ditkesmavet), Kementerian Pertanian, Drh Puguh Wahyudi MSi, menegaskan bahwa pemerintah serius mendorong penerapan praktik Kesrawan di Indonesia, termasuk pada peternakan ayam petelur seperti sistem budi daya cage-free.

Ia juga menambahkan, saat ini pemerintah tengah menyiapkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Hewan yang telah masuk tahap harmonisasi. Regulasi ini nantinya akan menjadi payung hukum terkait norma kesejahteraan hewan di Indonesia.

“Regulasi terkait penyelenggaraan kesejahteraan hewan saat ini sedang difinalisasi dan siap disahkan. Aturan ini akan menjadi landasan hukum standar kesejahteraan hewan di Indonesia, yang meliputi hewan ternak, hewan kesayangan, hewan jasa, hingga hewan laboratorium,” kata Puguh.

“Selain itu, juga terdapat poin sertifikasi kesejahteraan hewan dalam regulasi ini yang dapat menjadi acuan bagi peternak dalam mengembangkan sistem pemeliharaan yang lebih berorientasi pada kesejahteraan hewan. Termasuk di dalamnya, pada peternakan ayam petelur.”

Lebih lanjut disampaikan, pemerintah juga memberikan dukungan kepada peternak yang mulai menerapkan sistem cage-free. Menurutnya, tren global saat ini mengarah ke sana. Karena itu, penerapan prinsip Kesrawan, termasuk melalui sistem cage-free diperkirakan akan berkembang secara bertahap di Indonesia. Apalagi, jika di masa mendatang produk Indonesia menghadapi tantangan ekspor dan tuntutan cage-free, pemerintah tegaskan akan menyiapkan produk yang sesuai dengan permintaan konsumen.

“Di Uni Eropa, regulasi sudah mengatur dan mereka telah 100% beralih ke cage-free. Kita melihat hal ini pasti berdampak pada perekonomian dunia, sehingga kita juga harus siap. Jika Uni Eropa sudah begitu, biasanya negara lain akan ikut. Bahkan bisa menjadi yurisprudensi, karena WTO pernah memutuskan bahwa isu kesejahteraan hewan dapat dijadikan dasar hambatan perdagangan apabila dianggap mengganggu moral publik,” tambahnya.

Sejalan dengan arah cage-free, Sustainable Poultry Program Manager Indonesia Lever Foundation, Sandi Dwiyanto, mengungkapkan bahwa Kesrawan kini menjadi perhatian publik global sekaligus tuntutan persaingan perdagangan internasional yang tidak bisa dihindari. Menurutnya, sejak 2015 tren produksi telur dari ayam cage-free mulai mendapat perhatian masyarakat luas.

“Banyak perusahaan internasional ternama telah membuat komitmen global untuk beralih ke sistem cage-free pada 2025. Hingga akhir 2021, lebih dari 2.000 perusahaan di seluruh dunia, termasuk restoran, penyedia layanan makanan, ritel, dan hotel telah berkomitmen untuk menggunakan telur cage-free. Termasuk di antaranya sekitar 100 perusahaan di Indonesia yang telah mengomunikasikan terkait telur cage-free. Sebagian besar menargetkan implementasi penuh pada 2025, dan jumlah komitmen dari perusahaan terus bertambah,” jelas Sandi dalam keterangan resminya, Rabu (15/10/2025).

Di Indonesia, sejumlah perusahaan makanan global juga telah membuat komitmen atau sedang dalam proses menerapkan kebijakan telur cage-free, di antaranya KFC, Pizza Hut, Taco Bell, Burger King, dan The Coffee Bean & Tea Leaf. Perusahaan besar seperti Nestlé bahkan menargetkan penggunaan telur cage-free sepenuhnya pada 2025.

Komitmen ini juga mulai diikuti beberapa perusahaan yang mempunyai basis di Indonesia, misalnya Superindo dan beberapa kafe dan restoran ternama seperti Ismaya, Bali Budha, hingga Jiwa Jawi. 

Sementara itu, Owner PT Inti Prima Satwa Sejahtera (IPSS), Roby Tjahya Dharma Gandawijaya, menilai bahwa prospek pasar cage-free akan terus tumbuh di masa depan. “Keberhasilan sistem cage-free di Indonesia membutuhkan dukungan berbagai pihak. Karena itu, peran seluruh pemangku kepentingan perunggasan nasional sangat penting, mulai dari industri pakan, DOC, peralatan, hingga obat-obatan. Dengan kolaborasi, kita dapat mengembangkan peternakan cage-free di Indonesia, sehingga ketika perubahan itu benar-benar tiba, kita sudah siap dan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ujarnya.

Selain isu kesejahteraan hewan dan tren global, European Food Safety Authority (EFSA) dalam laporannya menyebutkan bahwa risiko salmonella lebih tinggi pada sistem kandang baterai dibandingkan pada sistem cage-free. Temuan ini menegaskan bahwa sistem cage-free tidak hanya menguntungkan secara perdagangan, tetapi juga berkontribusi pada keamanan pangan dan kesehatan masyarakat.

Dengan berkembangnya tren global serta rencana pengesahan regulasi penyelenggaraan Kesrawan di Indonesia, semakin membuka peluang besar di sektor peternakan ayam petelur. Kolaborasi antara seluruh pemangku kepentingan diharapkan menjadi kunci terwujudnya praktik budi daya yang berkelanjutan di Indonesia. (INF)

SINERGI BIOSEKURITI, VAKSINASI, DAN NUTRISI DI ERA TANPA AGP

Vaksinasi melengkapi perlindungan ayam dari serangan penyakit. (Foto: Sansubba/iStock)

Industri perunggasan modern saat ini menghadapi tantangan besar dengan meningkatnya kasus antimicrobial resistance (AMR) dan diberlakukannya pelarangan penggunaan antibiotic growth promoter (AGP). Dalam situasi ini, keberhasilan manajemen kesehatan ayam tidak lagi dapat mengandalkan satu pendekatan tunggal, melainkan membutuhkan sinergi antara tiga pilar utama, yaitu biosekuriti, vaksinasi, dan dukungan nutrisi yang presisi.

Biosekuriti berperan sebagai benteng pertama untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen penyakit, vaksinasi menjadi perlindungan spesifik ketika risiko paparan tetap ada, sementara nutrisi yang tepat menjaga sistem imun ayam selalu siap menghadapi tantangan penyakit di lapangan.

Peta Musuh Virus, Bakteri, dan Jamur
Penyakit unggas bisa datang dari berbagai arah. Virus seperti avian influenza (AI), newcastle disease (ND), infectious bursal disease (IBD/gumboro), dan infectious bronchitis (IB) dikenal cepat menular, bermutasi, dan menimbulkan kerugian besar. AI dan ND menyerang system pernapasan dan saraf, IBD melemahkan kekebalan dengan merusak bursa fabricius, sementara IB menurunkan produksi telur secara drastis.

Sementara itu, sergapan bakteri patogen seperti E. coli, Salmonella spp., Clostridium perfringens, dan Mycoplasma gallisepticum sering memanfaatkan kondisi stres atau kelemahan sistem pertahanan untuk menyerang. E. coli menjadi infeksi sekunder pasca gangguan respirasi, Salmonella mengancam keamanan pangan, sementara C. perfringens memicu necrotic enteritis yang sering berhubungan dengan koksidiosis subklinis.

Selain itu, serangan penyakit juga bisa datang dari kontaminasi jamur dan mikotoksin yang sangat berbahaya. Aspergillus dapat menyerang saluran pernapasan terutama pada DOC melalui spora dari litter atau udara lembap. Mikotoksin seperti aflatoksin, DON, fumonisin, dan T-2 toksin sering menurunkan imunitas, mengganggu organ vital, dan menyebabkan kerugian subklinis yang sulit terdeteksi tanpa monitoring.

Mana Lebih Penting, Biosekuriti atau Vaksinasi?
Biosekuriti adalah benteng utama yang tidak bisa... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2025.

Ditulis oleh:
Henri E. Prasetyo DVM MVet
Praktisi perunggasan, Nutritionist PT DMC

BBPMSOH DAN STAKEHOLDER BAHAS SINERGI DAN PELAYANAN PRIMA DI FORUM KOMUNIKASI PELAYANAN PUBLIK

Forum Komunikasi Pelayanan Publik BBPMSOH 2025
Forum Komunikasi Pelayanan Publik, Rabu (15/10) di BBPPMVP, Depok  

Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) sebagai satu-satunya lembaga uji mutu dan sertifikasi obat hewan di Indonesia, menyelenggarakan Forum Komunikasi Pelayanan Publik. Acara dilaksanakan pada Rabu, 15 Oktober 2025 di Gedung Semeru, BBPPMVP Bisnis dan Pariwisata, Depok.

Selain offline, kegiatan ini juga diadakan secara online. Kurang lebih 150 undangan hadir yang terdiri dari para pelaku usaha industri obat hewan, Direktur Kesehatan Hewan, akademisi/dosen, serta mahasiswa. 

Kepala BBPMSOH, Drh Hasan Abdullah Sanyata menuturkan saat ini permohonan pendaftaran dan pengujian obat hewan semakin meningkat seiring berkembangnya industri dan perdagangan obat hewan di Indonesia. 

"Hal ini mendorong BBPMSOH untuk terus meningkatkan kualitas layanan juga mengembangkan metode, serta memperbaharui teknologi peralatan pengujian," lanjut Hasan.   

Drh Forlin Tinora selaku Sekretaris Jenderal Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) menyampaikan Forum Komunikasi Pelayanan Publik ini menjadi wadah strategis bagi stakeholder untuk berdiskusi, bertukar pikiran dan meningkatkan kolaborasi ke depannya 

“Pelayanan publik yang prima dari BBPMSOH merupakan kunci utama kelancaran operasional, serta kepastian hukum bagi pelaku usaha industri obat hewan di Indonesia,” tutur Forlin. 

ASOHI memandang kolaborasi dengan BBPMSOH sebagai suatu hal yang krusial. “Sinergi antara asosiasi pelaku usaha dan regulator Kementerian Pertanian dalam hal ini BBPMSOH, sangat penting untuk memastikan bahwa industri obat hewan berkembang secara sehat,” imbuhnya.

Kegiatan ini menghadirkan Public Policy Analist Ombudsman RI, Kusharyanto sebagai narasumber. Pada sesi berikutnya Drh Cynthia Devy Irawati MM, Kepala Bagian Umum BBPMSOH mempresentasikan materi Standar Pelayanan Publik BBPMSOH. 

Dalam forum ini juga disemarakkan dengan pemberian penghargaan bagi insan industri obat hewan dan instansi.

Para Penerima Penghargaan Terbaik 3 Besar

Kontribusi penerimaan negara terbanyak:

Sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan kontribusi luar biasa dalam mendukung peningkatan penerimaan negara.

  1. PT Medion Farma Jaya
  2. PT Zoetis Animal Health Indonesia
  3. PT Elanco Animal Health Indonesia

Register officer terbaik:

Atas kinerja unggul, profesionalisme, dan dedikasi dalam melaksanakan tugas sebagai register officer terbaik.

  1. Drh Evi Novianti  (Elanco)
  2. Drh Okky Sri (Medion)
  3. Drh Fifit Diah Puspitosari  (DSMM)

Penerimaan sampel terbanyak:

Sebagai penghargaan atas kerja keras, ketekunan, dan kontribusi dalam penerimaan sampel terbanyak.

  1. PT Medion Farma Jaya
  2. PT DSM Nutritional Products Manufacturing Indonesia
  3. PT Nutricell Pacific

Pengawasan obat hewan daerah terbanyak:

Sebagai apresiasi atas komitmen dan kinerja unggul dalam pelaksanaan pengawasan obat hewan di daerah, sehingga berkontribusi besar dalam menjaga kesehatan hewan dan ketahanan pangan nasional.

  1. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah
  2. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan  Provinsi Kalimantan Timur
  3. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

Apresiasi atas kontribusi dan dedikasi konsisten:

Sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi dan dedikasi yang konsisten dalam mendukung peningkatan mutu pelayanan pengujian obat hewan di Indonesia.

  1. Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI)

(NDV)

ASOHI GELAR CEO FORUM 2025

Dirkeswan Drh Hendra Wibawa membuka CEO Forum dengan pemukulan gong didampingi Ketum dan Sekjen ASOHI. (Foto: Dok. Infovet)

Cibubur, Selasa (14/10/2025). Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) sukses menyelenggarakan "CEO Forum 2025 Perusahaan Obat Hewan Anggota ASOHI" di Avanzel Hotel & Convention, Cibubur. Forum ini menjadi penutup rangkaian kegiatan di penghujung kepemimpinan Drh Irawati Fari yang menjabat sebagai Ketua Umum ASOHI selama dua periode (2015-2025).

Dihelat hampir setiap tahun sejak 2019, Forum Bisnis ini bagi Irawati dan tim sebagai salah satu legacy (warisan) yang ditinggalkan bersama jajaran kepengurusannya. Dengan mengusung tema "Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Peternakan melalui Teknologi dan Penyelarasan dengan Kebijakan Ekonomi Nasional" acara ini dibuka secara resmi oleh Direktur Kesehatan Hewan (Dirkeswan), Drh Hendra Wibawa MSi PhD, yang mewakili Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Dua narasumber ternama dihadirkan untuk memperkaya wawasan peserta, yaitu Anton J. Supit menyampaikan materi berjudul "Peluang dan Tentangan Usaha Industri Peternakan yang Searah dengan Kebijakan Ekonomi Pemerintah." Sementara itu, Alfonsus Arvy Pradipta Budiarto memaparkan "Peran Teknologi untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha."

Dalam sambutannya, Irawati menyampaikan kilas balik perjalanan ASOHI. Didirikan resmi pada 25 Oktober 1979, ASOHI lahir dari kepedulian para pelaku industri obat hewan untuk membangun sektor yang sehat, profesional, dan sesuai regulasi.

Sejak 2015, ASOHI telah melengkapi statusnya dengan berbadan hukum sebagai perkumpulan, dan sejak 2019 keuangannya diaudit oleh Auditor Independen dengan hasil Opini Wajar selama enam tahun berturut-turut. Kemudian pada 2022, ASOHI berhasil memiliki kantor operasional sendiri dengan dukungan anggotanya.

Irawati menekankan komitmen ASOHI untuk terus mendukung pemerintah dalam menjaga kesehatan hewan, meningkatkan ketahanan pangan nasional, dan melindungi masyarakat dari obat hewan ilegal atau tidak bermutu. ASOHI juga aktif di tingkat internasional sebagai anggota organisasi global industri kesehatan hewan. "Kini setelah 46 tahun berkiprah, ASOHI telah melaksanakan tiga kali CEO Forum (pada 2019, 2023, dan 2025)," ujar Irawati.

Ia juga memaparkan berbagai kegiatan utama ASOHI, antara lain menjembatani anggota dengan pemerintah, memperkuat ASOHI Daerah, meningkatkan peran di lingkungan global dan regional, membantu pemerintah dalam pengawasan obat hewan, meningkatkan komunikasi dan informasi, serta melakukan Corporate Social Responsibility (CSR).

Acara ini diselenggarakan secara hybrid. Setidaknya 70 peserta hadir secara langsung, sementara kurang lebih 45 peserta lain berpartisipasi melalui kanal Zoom. Irawati berharap ASOHI akan terus menjadi mitra strategis pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mewujudkan industri obat hewan yang tangguh, sehat, dan berdaya saing tinggi. Forum ini menandai akhir dari satu babak kepemimpinan ASOHI, sekaligus harapan untuk kemajuan industri kesehatan hewan Indonesia di masa mendatang. (DS)

BIOSEKURITI DAN VAKSINASI, TUGAS BERBEDA TUJUAN SAMA

Ilustrasi rute infeksi penyakit kepada ayam yang mungkin terjadi. (Foto: Istimewa)

Sebagian besar orang di industri perunggasan tahu bahwa biosekuriti dan vaksinasi adalah alat berharga untuk melindungi unggas dari penyakit virus, bakteri, dan parasit. Dan perlu diingat bahwa keberhasilan keduanya menjadi bagian dari program strategis dan terintegrasi.

Vaksinasi dan biosekuriti harus dianggap sebagai mitra yang tidak terpisahkan untuk pencegahan penyakit yang memadai. Dengan kata lain, vaksinasi tanpa biosekuriti adalah formula lemah untuk perlindungan, sedangkan biosekuriti tanpa vaksinasi adalah proposal yang tidak realistis untuk pencegahan penyakit (Guillermo Zavala, DVM, MAM, PhD, Dipl ACPV, International Avian Health, LLCAthens, Georgia).

Mencegah Patogen Masuk
Dasar pemahaman biosekuriti dapat didefinisikan dengan berbagai cara, tetapi tujuan utamanya adalah mencegah masuknya unsur patogen yang tidak diinginkan ke dalam fasilitas/farm unggas. Sama pentingnya untuk mencegah keluarnya unsur patogen dari fasilitas yang terkontaminasi.

Melakukan biosekuriti yang tepat harus menghasilkan hilangnya unsur patogen yang tidak diinginkan atau setidaknya mengurangi unsur patogen tersebut ke tingkat yang dapat dikelola melalui vaksinasi dan/atau penundaan paparan pada ayam yang rentan terhadap patogen potensial di lapangan.

Biosekuriti secara ketat mengontrol akses ke peternakan unggas dan mengharuskan pengunjung untuk mengenakan pakaian dan sepatu boots yang disediakan, serta mendisinfeksi alas kaki sebelum memasuki kandang, juga minimalkan lalu lintas kendaraan dengan mengurangi pergerakan kendaraan di peternakan dan mendisinfeksi kendaraan yang mungkin pernah mengunjungi peternakan lain.

Memelihara sistem “semua masuk, semua keluar” dimana ayam dibesarkan bersama dan diangkat sebagai kelompok untuk meminimalkan penyebaran penyakit. Sanitasi dan disinfeksi rutin dengan menerapkan protokol sanitasi dan disinfeksi yang komprehensif, termasuk bak kaki dan pembersihan peralatan yang tepat.

Ada delapan hal yang penting dilaksanakan sebagai bagian dari biosekuritas dalam rangka mengeliminasi kemungkinan patogen masuk ke dalam tubuh ayam dan menginfeksinya: 1) Kolam kaki dengan disinfektan di pintu masuk utama. 2) Penggunaan hand sanitizer untuk staf dan pengunjung. 3) Mandi untuk staf sebelum memasuki dan setelah keluar kandang. 4) Pakaian bersih yang khusus untuk akses kandang. 5) Rendaman ban dan semprotan kendaraan (air + disinfektan) untuk kendaraan yang masuk. 6) Pencucian dan disinfeksi peralatan secara rutin. 7) Mengisolasi, mengobati, dan memantau ayam yang terinfeksi. 8) Pengelolaan bangkai ayam yang terinfeksi (mengubur atau membakar).

Adapun praktik tambahan yang harus dilaksanakan:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2025.

Ditulis oleh:
Drh Arief Hidayat
Praktisi perunggasan

VAKSINASI ATAU BIOSEKURITI? PILIHLAH KEDUANYA!

Penyemportan disinfektan sederhana pada kendaraan. (Foto: Istimewa)

Beberapa waktu belakangan, terjadi kenaikan biaya dalam usaha peternakan yang pastinya menjadi berita buruk bagi semua peternak. Konyolnya, untuk mengakali kenaikan tersebut tak jarang mengorbankan cost di sektor biosekuriti maupun vaksinasi, padahal keduanya adalah komponen penting dalam menunjang usaha peternakan.

Biosekuriti biasanya diwujudkan “sesuai” budget yang dimiliki peternak. Sesuai yang dimaksud adalah pas-pasan alias apa adanya. Hal itu tentu tidak salah, semua paham bahwa sudah banyak permasalahan yang semakin memusingkan peternak terutama yang mandiri di era ini. Terlebih dengan disrupsi yang terjadi dan efek buruk menahun yang disebabkan COVID-19 dan permasalahan lainnya.

Namun begitu, yang perlu digarisbawahi adalah biosekuriti merupakan suatu hal yang wajib dikerjakan peternak. Suka atau tidak, biosekuriti merupakan instrumen pendukung kesuksesan dalam usaha budi daya peternakan, apapun jenis ternaknya.

Membebaskan dari Ancaman Penyakit
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Unair, Prof Drh Suwarno, pernah berujar bahwa biosekuriti adalah segala macam upaya dalam mencegah masuk dan keluarnya bibit penyakit ke area peternakan, agar ternak bebas dari ancaman penyakit.

Selain itu, upaya tersebut juga berfungsi agar penyakit tidak menulari peternakan lain dan lingkungan sekitar, juga tidak menularkan penyakit kepada manusia yang berkecimpung di dalamnya.

Lebih lanjut dijelaskan, pencegahan seperti vaksinasi, disinfeksi, hingga membatasi orang keluar masuk peternakan masuk ke dalam definisi biosekuriti, itu seharusnya menjadi kewajiban sehari-hari di dalam area peternakan.

Adapun disampaikan, agar peternak bisa menyesuaikan biaya mereka dalam menerapkan biosekuriti. Misal ketika ingin menggunakan vaksinasi atau disinfektan, namun budget terbatas, bisa dipilih varian produk yang cocok dan sesuai. “Yang pentingkan dilakukan, murah atau mahalnya tergantung peternak, tapi yang penting adalah aplikasinya,” ucap dia.

Harus Konsisten
Biasanya kendala dalam menerapkan biosekuriti di lapangan adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2025. (CR)

MUNAS ASOHI IX SIAP DIGELAR, KEMENTAN DORONG ASOHI TINGKATKAN EKSPOR OBAT HEWAN

Audiensi ASOHI bersama Dirjen PKH Kementan Agung Suganda. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan selalu menjalin sinergi dengan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI). Pengurus ASOHI Pusat melakukan pertemuan dengan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Agung Suganda di kantor Kementerian Pertanian, Rabu (8/10/2025). Pertemuan tersebut terkait penyelenggaraan Musyawarah Nasional (Munas) ke-IX.

Dalam kesempatan tersebut pengurus ASOHI berharap Dirjen PKH Agung Suganda dapat hadir dalam acara Munas IX ASOHI yang akan diselenggarakan pada Kamis, 23 Oktober 2025 di IPB Convention Center Botani Square, Bogor, Jawa Barat.

Agung yang pada kesempatan itu didampingi Direktur Kesehatan Hewan Hendra Wibawa dan Koordinator Substansi Pengawasan Obat Hewan Arif Wicaksono,  mengungkapkan apresiasinya kepada ASOHI yang terus mendukung subsektor peternakan dan kesehatan hewan terus tumbuh. Ia pun mengungkapkan harapannya untuk bisa hadir dalam Munas tersebut. “Insyaallah saya akan usahakan hadir,” ujarnya.

ASOHI yang berdiri sejak 25 Oktober 1979, dan menaungi perusahaan-perusahaan produsen, eksportir, importir, distributor, serta pengecer obat hewan, dalam pertemuan tersebut, selain membahas terkait penyelenggaraan Munas IX juga menyampaikan perkembangan industri obat hewan nasional.

Ketua Umum ASOHI, Irawari Fari, mengungkapakan bahwa industri obat hewan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan signifikan dan sukses menembus pasar ekspor, dengan nilai ekspor mencapai Rp 3,7 triliun pada 2024 dan terus meningkat pada 2025.

“Saat ini telah berhasil menembus pasar ekspor ke lebih dari 30 negara,” ujarnya. Ia juga menyebutkan bahwa obat hewan lokal Indonesia tidak hanya untuk pasar dalam negeri, tetapi juga memiliki daya saing di pasar global, adapun beberapa pasar ekspor yakni China, Jerman, Mesir, dan Arab Saudi.

ASOHI berharap kerja sama dengan Kementan akan terus berlanjut dan semakin kuat, terutama dalam peningkatan standar mutu obat hewan, penguatan kompetensi pengujian, serta berbagai kegiatan yang mendukung pertumbuhan industri obat hewan dan ketahanan pangan nasional.

Dalam audiensi tersebut, Pemred Infovet, Bambang Suharno, juga turut hadir dalam kapasitasnya sebagai Sekretaris Badan Pengawas ASOHI. (INF)

DIES NATALIS FAPET UNPAD KE-62 SEMAKIN SEMARAK DENGAN REUNI AKBAR PULANG KANDANG 2025


Jatinangor, Oktober 2025. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (Fapet Unpad) tengah bersiap menyambut salah satu momen besar dalam rangkaian Dies Natalis ke-62 tahun ini. Acara reuni akbar bertajuk Pulang Kandang 2025 siap digelar, menghadirkan nostalgia, silaturahmi, serta semangat kontribusi dari keluarga besar Fapet Unpad untuk almamater dan dunia peternakan nasional.

Dengan sapaan khas “Sampurasun, Akang & Eceu!”, panitia mengajak alumni lintas angkatan, mahasiswa, dosen, hingga mitra industri untuk kembali berkumpul di kampus Jatinangor. Tahun ini, Pulang Kandang mengusung tema “Nyukcruk Galur, Nyarandayan”, yang bermakna menelusuri akar sejarah sekaligus memperkuat jejaring kolaborasi lintas generasi.

Rangkaian kegiatan akan diawali melalui Farmtastic Festival 2025 pada 25-26 Oktober 2025 di Lapangan Parkir PPBS Unpad. Dalam festival ini, pengunjung akan disuguhkan berbagai agenda menarik seperti Career Fest, Fapet Fair (bazaar multiproduk), serta Farmtastic Fun Run. Kegiatan ini dirancang tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga menjadi sarana membangun jejaring, berbagi pengalaman, dan mempererat ikatan dengan dunia industri.

Puncak kemeriahan Pulang Kandang 2025 akan berlangsung pada Sabtu, 1 November 2025, di Plaza Fakultas Peternakan Unpad. Tiga agenda utama, yakni Ceremonial, Charity, dan Celebration, akan mewarnai pertemuan akbar ini.

Pulang Kandang bukan sekadar ajang temu kangen, melainkan wadah untuk menunjukkan kepedulian nyata alumni terhadap fakultas serta mendorong kontribusi bagi pengembangan pendidikan dan peternakan nasional.

Dekan Fapet Unpad, Prof Dr Ir Rahmat Hidayat SPt MSi IPM, menyampaikan bahwa Pulang Kandang adalah momentum penting untuk memperkuat kolaborasi dan kontribusi alumni.

“Alumni Fapet Unpad telah berkiprah luas di berbagai sektor. Reuni akbar ini menjadi kesempatan strategis untuk merajut kembali kebersamaan, memperluas kerja sama, dan memperkuat kontribusi alumni bagi kemajuan fakultas dan dunia peternakan Indonesia,” ujar Prof Rahmat.

Ketua Pelaksana Pulang Kandang 2025, Attin Syahnurotin, menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi perayaan perjalanan panjang bersama. “Pulang Kandang bukan hanya ajang nostalgia, tetapi juga ruang kolaborasi lintas generasi untuk merancang kontribusi nyata ke depan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua IKA Fapet Unpad, Reka Gayantika, mengajak seluruh alumni untuk aktif berpartisipasi dalam setiap rangkaian acara. “Pulang Kandang adalah rumah bersama. Mari kita rayakan kebersamaan ini dan bangun jejaring yang lebih kuat demi masa depan peternakan Indonesia,” katanya.

Pulang Kandang telah menjadi tradisi penting keluarga besar Fapet Unpad. Dengan target lebih dari 5.000 peserta, kegiatan ini akan mempertemukan alumni dari angkatan 1963 hingga 2021 dalam suasana hangat, penuh inspirasi, dan kolaboratif. Tahun ini, Pulang Kandang juga menegaskan peran keluarga besar Fapet Unpad dalam mendukung fakultas menatap masa depan.

Seluruh rangkaian kegiatan terbuka untuk umum dan dapat diikuti oleh semua elemen masyarakat. Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dapat diakses melalui akun Instagram resmi @ikafapetunpad dan @pulangkandangunpad, serta narahubung Bella Viseria (+62821-1890-4022). (INF)

SEMINAR INFOVET-ILDEX: BAHAS MANAJEMEN HOLISTIK PASCA PELARANGAN AGP

Foto bersama usai seminar. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Majalah Infovet kembali menjadi saksi pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi tantangan industri perunggasan nasional. Pada Rabu (17/9/2025), berlangsung Seminar Nasional bertajuk “Perkembangan Obat Hewan Pasca Pelarangan AGP” di Ruang Garuda 5A, ICE BSD. Acara ini dihadiri peternak, perusahaan obat hewan, breeding farm, perusahaan pakan, serta perwakilan berbagai asosiasi peternakan.

Seminar menghadirkan dua narasumber kompeten di bidangnya. Drh Rakhmat Nuriyanto MBA (Ketua Umum ASOHI periode 2010-2015), membahas perubahan signifikan di industri obat hewan sejak pelarangan antibiotic growth promoter (AGP) efektif diberlakukan pada 2018.

“Pasca pelarangan AGP, jenis obat alami dan suplemen penunjang kesehatan hewan cenderung meningkat. Industri beradaptasi dengan inovasi berbasis bahan alami dan teknologi biologis,” ujar Rakhmat.

Sementara itu, Drh Baskoro Tri Caroko (National Poultry Technical Consultant), memaparkan materi bertema “Manajemen Holistik: Solusi Efektif untuk Mitigasi dan Rehabilitasi Broiler & Layer.” Ia menekankan bahwa pelarangan AGP bukan akhir dari produktivitas peternakan, melainkan momentum untuk bertransformasi.

Dua narasumber, Rakhmat Nuriyanto (kiri) dan Baskoro Tri Caroko (kanan).

“Kuncinya ada di manajemen holistik. Pendekatan ini mencakup aspek pakan, lingkungan, kesehatan, hingga mental pekerja kandang. Ini sudah terbukti berhasil di lapangan,” ungkapnya.

Beberapa peternak binaan Baskoro dari Pandeglang, Banten, turut hadir dan berbagi pengalaman keberhasilan menerapkan konsep manajemen holistik dalam menghadapi tantangan pasca AGP. Antusiasme peserta juga tampak tinggi, terutama ketika sesi tanya jawab dibuka dan banyak peternak ingin mengetahui cara praktis penerapan di lapangan.

Menutup paparannya, Baskoro menyampaikan ajakan terbuka, “Saya siap membantu peternak yang ingin memahami dan mempraktikkan manajemen holistik. Silakan hubungi Infovet untuk informasi lebih lanjut.”

Suasana seminar Infovet di ILDEX Indonesia 2025.

Seminar ini menjadi bukti bahwa sinergi antara praktisi, akademisi, dan pelaku industri menjadi kunci dalam menciptakan sistem peternakan yang sehat, produktif, dan berkelanjutan pasca pelarangan AGP. (INF)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.