Jepang merupakan negara asal mula daging Wagyu. Mengingat daratan Jepang yang tidak rata dan banyak daerah yang terisolasi, maka berbagai teknik pembiakan dan pemberian jenis pakan yang unik diterapkan di sana. Begitu juga perlakuan lain seperti pemijatan atau penambahan bir atau sake ke dalam pakan dilakukan di Jepang. Tujuannya untuk membantu proses pencernaan dan menambah nafsu makan saat musim hujan. Pemijatan dilakukan untuk mencegah kram otot.
Ada empat ras sapi di Jepang untuk mendapatkan daging wagyu, yaitu sapi hitam Jepang (Kuroge Washu), sapi cokelat Jepang (Akage Washu), sapi tanpa tanduk Jepang (Mukaku Washu), dan sapi tanduk pendek Jepang (Nihon Tankaku Washu). Sapi hitam Jepang mencakup 90% dari seluruh populasi sapi yang digemukkan di Jepang. Galur sapi hitam Jepang meliputi Tottori, Tajima, Shimane, dan Okayama. Sapi cokelat Jepang, dikenal sebagai sapi merah Jepang, adalah ras utama lainnya; memiliki galur Kochi dan Kumamoto. Sapi tanduk pendek Jepang mencakup kurang dari 1% dari seluruh populasi sapi di Jepang.
Dari perkembangan berikutnya, di luar Jepang, di negara lain, Australian Wagyu Association mendirikan asosiasi ras wagyu. Sapi ras murni dan silang wagyu diternakkan di Australia untuk kebutuhan pasar, termasuk Indonesia sebagai negara pengimpor. Sapi wagyu Australia diberi pakan gandum dicampur anggur merah selama 300-500 hari masa produksi yang diternakkan di kawasan Margaret River, Australia Barat. Amerika Serikat juga melakukan penyilangan sapi wagyu Jepang dengan sapi Angus dan diberi nama American Style Kobe Beef.
Pola makan sapi wagyu di AS diberi pakan campuran jagung, alfalfa, barli, dan jerami gandum. Di Colorado, daging wagyu dipasarkan oleh satu peternakan di dekat Basalt dan Rush. Menurut Amerika Journal of Clinical Nutrition, daging wagyu memiliki banyak manfaat. Hasil riset dari University of Wisconsin, daging wagyu memiliki sifat mencegah arteriosklerosis.
Kini, Pemda Bali juga ingin coba-coba membuat sapi bali yang menghasilkan daging setaraf wagyu. Mungkinkah itu bisa terjadi? Tentunya sebelum belajar membuat sapi bali bisa menghasilkan daging wagyu, tentunya harus belajar terlebih dahulu tentang susunan genetik sapi bali.
Kemudian kita harus belajar kembali bahwa sapi itu hewan herbivora. Layakkah jika sapi diberi pakan atau minuman yang mungkin bisa memabukkan? Ingat, kasus madcow di Inggris. Gara-gara sapi diajari kanibalisme dengan diberi pakan tepung darah, tepung tulang, tepung daging yang juga berasal dari limbah sapi, biri-biri, maka Tuhan memberi pelajaran dengan munculnya penyakit madcow (sapi gila).
Tetapi, kalau hanya sekedar ingin uji coba diberi bahan pakan atau minum yang mengandung khamar, bisa saja diberi ampas bir, ampas brem, ampas tape, dan lain-lain khas Indonesia, bukan sake atau sejenisnya.
Di era 1980-an, peternakan sapi perah di daerah Surabaya dan sekitarnya yang pernah saya teliti saat penyusunan skripsi, sapi diberikan ampas bir agar produksi air susunya bisa melimpah. Tetapi, jika ampas bir tidak ditambahkan sebagai bahan pakan tambahan, maka produksi air susu akan menurun. Apakah Pemerintah, termasuk Pemda Bali ingin mencoba menerapkan untuk sapi potong agar tercipta daging wagyu? Bisa saja dicoba, tetapi konsekuensinya kemungkinan akan muncul penyakit baru. ***
Rubrik diasuh oleh Drh. Masdjoko Rudyanto, Wartawan Infovet Bali yang juga staf pengajar di FKH Univ. Udayana.
0 Comments:
Posting Komentar