-->

POTENSI GENETIK DOC DIPENGARUHI FAKTOR LINGKUNGAN YANG BAIK

Kualitas DOC dilihat dari dua aspek yakni genetik dan fisik. (Foto: Hubbard)

Kualitas bibit Day Old Chick (DOC) dilihat dari dua aspek, yaitu genetik dan fisik. Genetik yang baik akan menghasilkan performa baik dengan memerhatikan manajemen. Meliputi manajemen pakan dan perkandangan, serta lingkungan berupa suhu, kelembaban dan pencahayaan yang baik.

DOC merupakan salah satu hal pokok yang sangat penting yang untuk diperhatikan. Kualitas DOC menjadi kunci efisiensi di bisnis unggas. Demikian penjelasan Country Manager Hubbard Indonesia, Ir Suryo Suryanta.

Perihal kualitas DOC yang sejak awal kondisinya kurang baik, akan menyebabkan tingginya biaya medikasi (biaya pengobatan terhadap ayam yang sakit dan vaksinasi), inefisiensi pakan, keterlambatan pertumbuhan dan berpengaruh pada performa ayam secara keseluruhan.

Sementara itu, kondisi lingkungan memengaruhi kualitas fisik DOC. Pengaruh suhu lingkungan tinggi pada ayam lebih banyak diperhatikan. Suhu lingkungan tinggi dapat memberikan dampak negatif terhadap kondisi fisiologis dan produktivitas ayam.

Lebih lanjut dijelaskan, produktivitas ayam yang optimum dapat dicapai pada kondisi thermoneutral zone, yaitu suhu lingkungan yang nyaman. 

Lingkungan yang nyaman bagi ayam diperkirakan berada pada kisaran suhu 18°-24° C dan kelembaban 60-70%. Ayam pada suhu lingkungan yang tinggi di atas 28° C sudah mengarah ke heat stress dan dapat menunjukkan penurunan produktivitas.

Salah satu gejala ketidaknyamanan ayam ketika heat stress adalah panting, bernapas melalui mulut. Situasi suhu lingkungan yang tinggi merupakan salah satu faktor penghambat produksi ayam, karena secara langsung hal ini mengakibatkan turunnya konsumsi pakan, sehingga terjadi defisiensi zat-zat pakan.

Senada dengan Suryo, Technical Support West Jaya, Otte Wartaman, mengatakan potensi genetik dari suatu bibit DOC akan menghasilkan performa bagus jika didukung faktor lingkungan yang baik. 

Pencapaian performa broiler 100% memengaruhi biaya produksi yang rendah. Genetik 30% menunjang breed atau jenis bibit, FCR (konversi pakan), ADG (rata-rata PBB), livability (daya hidup), dan vigor (daya tahan).

Lingkungan, 70% memengaruhi seperti kondisi ventilasi, air, pakan, temperatur, kelembapan, penyinaran, kandang, kepadatan, vaksin, kesehatan, tenaga kerja dan transportasi DOC.

Kualitas DOC broiler yang bagus diantaranya berasal dari induk yang sehat, ukuran berat DOC minimal 37 gram, matanya cerah dan bercahaya tampak segar, lincah dan aktif, kaki kuning dan kokoh, tidak cacat fisik (kaki bengkok, mata buta, paruh silang), bulunya halus dan kering (tidak lengket), pusar tertutup dan halus dan tidak ada lekatan kotoran pada duburnya.

Faktor yang memengaruhi kualitas DOC lainnya adalah penanganan DOC dan tatalaksana brooding di farm, kemudian lingkungan kandang di farm, status kesehatan dan nutrisi induk (breeder), transportasi DOC, tatalaksana di penetasan (hatchery), kualitas telur tetas, penanganan dan penyimpanan.

DOC harus segera ditebar atau diturunkan ke dalam kandang dan tidak boleh disimpan di rumah atau toko, karena bisa menimbulkan kelemahan atau mengurangi kualitas DOC tersebut.

Hal yang harus diperhatikan saat DOC datang diantaranya, cek kondisi mobil pengangkut DOC yang meliputi segel, kondisi kipas, surat jalan dan cek sampel DOC 10%. Cek sampel meliputi jumlah DOC, jumlah DOC yang mati (selama perjalanan), serta kondisi umum (lincah, diam atau cacat).

Apabila dijumpai masalah-masalah tersebut, harus segera ditulis dengan surat jalan. Setelah DOC dicek harus segera disebar ke brooder masing-masing yang telah disiapkan.
Penerimaan DOC, harus ada komunikasi yang baik antara hatchery, marketing DOC dan farm (poultry shop/peternak).

Masalah yang dijumpai di farm biasanya antara lain Omphalitis (infeksi pusar), pertumbuhan lambat (slow growth), dehidrasi, kematian tinggi pada minggu pertama, gasping, kaki pincang dan reaksi vaksin yang berlebihan.

Acuan Kualitas Fisik
Pada Peraturan Menteri Pertanian No. 42/Permentan/OT/140/3/2014 tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Benih dan Bibit Ternak tertulis:

• Telur tetas bibit induk untuk tipe pedaging harus mempunyai bobot minimal 55 gram.
• Telur tetas bibit tetua tipe pedaging harus memiliki bobot minimal 50 gram untuk galur jantan dan 53 gram untuk galur betina.
• Pasal 22, tentang sanksi administratif

Permendag No. 58/2018 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen yang menyebutkan, "Bahwa harga broiler di farm Rp17.000-19.000 dengan harga jual ke konsumen Rp 32.000." ***

(Tulisan diolah kembali berdasarkan materi dari Hubbard dan West Jaya)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer