Para pembicara seminar (Foto: Dok. UGM) |
Menyemarakkan Lustrum
X Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada, digelar Seminar Promosi
Konsumsi Protein Hewani dan Nabati Demi Anak Sehat, Tumbuh, dan Cerdas, Sabtu
(7/9/2019). Acara yang digelar di di Auditorium Fakultas Peternakan UGM menggandeng
Indonesian Children Care Community
(IC3).
Direktur IC3 Prof. Dr
Ir. Ali Agus, DAA, DEA, IPU menjelaskan, tantangan pertama pasca kelahiran anak
adalah kesehatan dan tumbuh kembang. “Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh
lingkungan fisik dan sosial serta ditopang oleh protein hewani maupun nabati
yang cukup, berkualitas dan berimbang dengan nutrisi lainnya,” ungkap Ali yang juga Dekan Fakultas Peternakan UGM.
Tantangan kedua,
lanjut dia, adalah pengetahuan dan preferensi orangtua dalam menyediakan pangan
yang sehat, bergizi dan berimbang. Sebab penyediaan pangan dan gizi sumber
protein perlu kesadaran, kemauan dan kesungguhan, karena bisa tergoda oleh
kebutuhan lainnya yang sebenarnya bisa ditangguhkan. Selanjutnya tantangan
ketiga adalah kesibukan orangtua dalam bekerja sehingga tidak lagi sempat
memperhatikan pola konsumsi anak-anaknya, bahkan urusan makanan di rumah
sepenuhnya diserahkan kepada pengasuh dan atau semata-mata mengikuti kesukaan
anak.
Senada dengan Ali
Agus, Kepala Seksi Inspeksi Peredaran Pangan Teknologi Baru, Bioterorisme, dan
Pertahanan Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Fitrianna Cahyaningrum, SP.,
M.Gz menyatakan 46% penduduk Indonesia termasuk kategori cukup protein. “Ada
17% kurang protein dan 36% sangat kurang asupan protein. Kalau status ini
terdapat pada anak usia 13 sampai 18 tahun, harus segera ditangani karena merupakan fase awal produktif untuk pria dan
fase awal kesuburan untuk wanita,” jelasnya.
Fitrianna
mengimbau agar dilakukan upaya mengubah preferensi pembelanjaan uang jajan.
“Uang Rp 1.500 – Rp 2.000 yang biasa digunakan untuk jajan makanan kecil yang
kurang bergizi, diupayakan untuk membeli telur ayam saja, yang lebih bergizi
bagi anak dan remaja,” tandas dia. Hal itu, dia menambahkan, harus terus
didorong meskipun perubahan pola konsumsi pangan sudah terjadi, menurut WHO
konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia yang pada 2011 hanya 17%, tahun
lalu sudah meningkat menjadi 34% dari total konsumsi protein.
“Konsumsi protein
hewani ini penting, karena mengandung asam-asam amino esensial yang tidak
tergantikan dan tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh manusia. Asam amino
dipergunakan untuk pertumbuhan organ dan untuk membentuk hormon-hormon
pertumbuhan,” tegasnya. Namun demikian, untuk menyeimbangkan pola makan,
protein nabati tetap penting dikonsumsi karena ada nutrisi lain yang terdapat
pada bahan pangan sumber protein nabati, namun tidak terdapat pada bahan pangan
hewani. (Rilis/INF)
0 Comments:
Posting Komentar