Peringatan Hari Pangan Sedunia 2019 : Mari Perbaiki Kualitas Makanan Kita |
Hari
Pangan Sedunia (World Food Day)
diperingati setiap tanggal 16 Oktober dengan menyoroti perlunya upaya yang
lebih keras untuk mengakhiri kelaparan dan bentuk-bentuk kekurangan gizi
lainnya. Peringatan ini juga diadakan untuk memastikan keamanan pangan dan pola
pangan sehat tersedia untuk semua orang. Tema Global Hari Pangan Sedunia tahun ini adalah “Tindakan kita adalah
masa depan kita. Pola Pangan sehat, untuk #Zerohunger ”
“Mencapai “Tanpa Kelaparan” (Zero Hunger) tidak hanya tentang
mengatasi kelaparan, tetapi juga memelihara kesehatan manusia dan bumi. Tahun
ini, Hari Pangan Sedunia menyerukan tindakan lintas sektor untuk membuat pola
pangan yang sehat dan berkelanjutan dapat diakses dan terjangkau bagi semua
orang. Kita mengajak semua orang untuk mulai berpikir tentang apa yang kita
makan,” kata
Kepala Perwakilan FAO Indonesia, Stephen Rudgard. Hari Pangan Sedunia dirayakan
setiap tahun, tepat pada hari lahir FAO. Hari ini adalah salah satu hari
terbesar dalam kalender PBB. Peringatan ini diadakan pada lebih dari 150 negara
yang menyatukan pemerintah, sektor bisnis, LSM, media, komunitas dan
menyerukan aksi untuk mencapai SDG2 - Zero
Hunger.
Dalam
beberapa dekade terakhir, secara dramatis kita telah mengubah pola pangan
sebagai akibat dari globalisasi, urbanisasi dan bertambahnya pendapatan. Kita
telah beralih dari pangan musiman, terutama produk nabati yang kaya serat, pada
makanan yang kaya akan pati, gula, lemak, garam, makanan olahan, daging dan
produk hewani lainnya. Waktu yang dihabiskan untuk menyiapkan makanan di
rumah semakin sempit. Konsumen, terutama di daerah perkotaan, semakin
bergantung pada supermarket, gerai makanan cepat saji, makanan kaki lima dan
makanan pesan antar.
Kombinasi
dari pola pangan yang tidak sehat serta gaya hidup yang kurang aktif telah
menjadi faktor risiko pembunuh nomor satu di dunia. Kebiasaan ini telah membuat
angka obesitas melonjak, tidak hanya di negara maju, tetapi juga di Negara - negara
berpendapatan rendah, di mana kekurangan dan kelebihan gizi sering
terjadi bersamaan. Saat ini, lebih dari 670 juta orang dewasa dan 120
juta anak perempuan dan laki-laki (5–19 tahun) mengalami obesitas, dan lebih
dari 40 juta anak balita kelebihan berat badan, sementara lebih dari 800 juta
orang menderita kelaparan. Di Indonesia, 30,8% anak tergolong stunting (kekerdilan), 10,2% anak-anak
di bawah lima tahun kurus dan 8% mengalami obesitas.
“Hari Pangan Sedunia 2019 menyerukan aksi
untuk membuat pola pangan sehat dan berkelanjutan dapat diakses dan terjangkau
bagi semua orang. Untuk ini, kemitraan adalah hal mendasar. Petani, pemerintah,
peneliti, sektor swasta dan konsumen, semua memiliki peran untuk dimainkan,”kata
Rudgard.
“Kementan memberikan perhatian khusus soal
ini dengan sebuah program untuk mendorong pemenuhan kebutuhan pangan nasional
pada skala terkecil rumah tangga dengan nama Obor Pangan Lestari (Opal)”,
tegas Kuntoro Boga Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian
Pertanian. Hal ini sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah stunting yang terjadi di Indonesia. Opal
juga dirancang untuk meningkatkan kualitas konsumsi masyarakat, meningkatkan
pendapatan rumah tangga, meningkatkan akses pangan keluarga, konservasi
sumberdaya genetik lokal dan mengurangi jejak karbon serta emisi gas pencemar
udara.
Pola
Pangan Sehat Harus Bisa Diakses Semua orang
Pola
Pangan sehat adalah pola pangan yang memenuhi kebutuhan gizi individu dengan
menyediakan makanan yang cukup, aman, bergizi, dan beragam untuk menjalani
kehidupan yang aktif dan mengurangi risiko penyakit. Ini termasuk, antara lain,
buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, dan makanan yang rendah
lemak (terutama lemak jenuh), gula dan garam. Makanan bergizi yang merupakan
pola pangan sehat hampir tidak tersedia atau terjangkau bagi banyak orang.
Hampir
satu dari tiga orang mengalami kekurangan atau kelebihan gizi . Berita baiknya
adalah ada solusi yang terjangkau untuk mengurangi semua bentuk kekurangan dan
kelebihan gizi tersebut, tetapi hal ini membutuhkan komitmen dan tindakan
global yang lebih besar. “Program Opal memiliki kerangka jangka
panjang untuk meningkatkan penyediaan sumber pangan keluarga yang Beragam,
Seimbang dan Aman (B2SA),” Boga menambahkan.
Opal
dirancang sebagai salah satu langkah konkrit pemerintah dalam mengintensifkan
peta ketahanan dan kerentanan pangan atau food security and vulnerability atlas
(SFVA). FAO dengan badan-badan PBB lainnya dan kementerian terkait akan
merayakan Hari Pangan Sedunia dalam serangkaian acara termasuk perayaan
nasional di Kendari, Sulawesi Tenggara yang dipimpin oleh Kementerian Pertanian
dan Pemerintah Sulawesi Tenggara pada 2-5 November dan Festival Kaki Lima
Jakarta “Pangan Sehat, siap santap” pada 10 November. Tema Nasional di
Indonesia sendiri mengusung, Teknologi Industri Pertanian dan Pangan Menuju
Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045. (FAO/CR)
0 Comments:
Posting Komentar