Ilustrasi babi (Foto: Pixabay) |
Penyebab
kematian ternak babi yang terjadi di Sumatera Utara masih dalam proses
penyelidikan Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
(PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Fadjar Sumping Tjatur Rasa.
Termasuk,
atas laporan kematian puluhan ternak babi di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
Saat ini, kata Fadjar, pemerintah masih menunggu hasil uji laboratorium. Fadjar
menegaskan, kewaspadaan harus ditingkatkan karena saat ini sedang merebak virus
African Swine Fever (ASF) atau demam
babi Afrika di sejumlah negara di dunia, termasuk Asia Tenggara.
"Upaya
yang bisa dilakukan adalah biosekuriti dan vaksinasi. Kecuali, jika ASF suda masuk,
tidak ada vaksinnya. Sampai saat ini, kami belum bisa menyatakan akibat ASF
karena dari hasil pengujian masih ada positif Hog Cholera. Seperti kejadian di Minahasa, ternyata karena Hog Cholera. Namun, meski demikian, kita
harus waspada karena ASF sudah masuk di Filipina, yang dekat ke Sulawesi Utara,"
kata Fadjar, Minggu (13/9).
Sementara
itu, Ditjen PKH Kementan telah mengadakan pelatihan termasuk analisis risiko
kepada Dinas Kabupaten di seluruh Sumatera Utara pada 7-8 Oktober 2019.
"Mengingat
urusan kesehatan hewan sudah menjadi otonomi dan kewenangan daerah, kami hanya
bisa melalui pemerintah daerah (dinas yang membidangi PKH). Meski demikian,
kami selalu berkoordinasi dan bekerja bersama pemda, melalui dinas yang
menangani kesehatan hewan. Khusus Provinsi Sumatera Utara dan pemerintah
kabupaten/ kota, kami telah bersama-sama melakukan upaya untuk membantu para
peternak babi yang terkena musibah kematian ternak," tutur dia.
Saat
ini masih terus dilakukan pemantauan serta telah dikirimkan bantuan tambahan
disinfektan, alat semprot, alat pelindung diri (APD), serta membentuk tim untuk
di lapangan.
"Kami masih menunggu konfirmasi hasil
laboratorium dan nanti rapat dengan komisi ahli kesehatan hewan. Jadi, intinya
terhadap kasus kematian babi ini harus segera dilakukan upaya biosekuriti dan
pengawasan lalu lintas ternak babi dan produknya. Serta, menjaga tidak ada
penyebaran penyakit ke daerah lainnya. Sambil mewaspadai ASF yang sulit
dikendalikan karena belum ada vaksinnya,” terang Fadjar.
Apalagi,
virus ASF sangat tahan dan bisa terbawa oleh hewan, produk hewan segar dan
olahan, terbawa sepatu, baju dan alat alat peternakan, serta alat
angkut/kendaraan yang keluar masuk peternakan atau daerah tertular ASF,"
kata Fadjar. (Sumber: Investor Daily)
0 Comments:
Posting Komentar