Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia masih didominasi sektor pertanian dan peternakan. Sementara, UMKM non-pertanian didominasi oleh Perdagangan Besar dan Eceran. Hal ini dikemukakan Ekonom Indonesia serta Sekretaris Komite Ekonomi Nasional, Dr Aviliani dalam sesi seminar menyemarakkan HUT-40 Asosiasi Obat Hewan Indonesia, Jumat (25/10/2019).
Industri
makanan memegang peranan penting dimana menyumbang 35% dari total PDB industri
non migas.
Dr Aviliani menjadi narasumber seminar memeriahkan HUT-40 ASOHI (Foto: Infovet) |
Lebih
lanjut, Aviliani menyebutkan pada tahun 2018, industri makanan minuman tumbuh
7,9% dimana pada tahun 2017 tumbuh 9,2%. Perlambatan disebabkan anjloknya harga
sawit di pasar internasional yang menyebabkan menurunnya nilai ekspor industri
makanan dan minuman. Penurunan nilai ekspor mencapai 6% di 2018. Padahal, di
2017, nilai ekspor mencapai 20,75%.
Menurut
Aviliani, tantangan pertanian dan peternakan meredam inflasi komponen
bergejolak (volatile food) salah
satunya pemerintah membentuk Badan Pangan Nasional dibawah koordinasi Presiden
RI.
“Nantinya
Badan Pangan ini diharapkan mampu meredam gejolak seperti kenaikan harga daging
sapi maupun mengatasi persoalan kartel pangan,” terang Aviliani dihadapan 200 tamu undangan yang memenuhi ballroom IPB International Convention Center.
Aviliani
menambahkan beberapa masukan dalam upaya mendorong industri peternakan
Indonesia. Antara lain pemerintah perlu mendorong industri peternakan melalui
insentif fiskal serta kemudahan dalam izin usaha.
Selain
itu, pemerintah perlu untuk meningkatkan kolaborasi industri hulu dan hilir di
bidang peternakan dimana nantinya hasil ternak UMKM dapat terserap industri.
“Dalam
penerbitan regulasi, pemerintah harus berdiskusi dengan asosiasi. Sehingga,
dapat menciptakan regulasi yang mendorong industri secara positif,” pungkasnya.
(NDV)
0 Comments:
Posting Komentar