-->

PERAN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DALAM BISNIS PEMBIAKAN SAPI

Pada Sabtu (27/2/2021), PDHI Cabang Lampung bekerja sama dengan Red Meat Cattle Partnership, didukung Infovet sebagai media partner, menyelenggarakan Webinar Partnership - PDHI Cabang Lampung dengan tema “Peran Kesehatan dan Kesejahteraan Hewan dalam Bisnis Pembiakan Sapi”. Beberapa narasumber berpengalaman dihadirkan membuat acara ini sangat tinggi antusiasnya. Acara ini dimoderatori oleh Bambang Suharno, Pemimpin Umum Redaksi Majalah Infovet.

Paul Boom (Strategic Advisor Cattle Breeding Red Meat Cattle Partnership) dalam sambutannya menyampaikan bahwa pembiakan sapi brahman cross menguntungkan jika dilakukan secara profesional pengembangan breeding ke grower dan feeder. Faktor kesehatan dan kesejahteraan hewan, mendukung produktifitas ternak.

Sambutan berikutnya dari Direktur Kesehatan Hewan, Drh Fajar Sumping Tjatur Rasa PhD, beliau memaparkan tentang peranan kesehatan hewan dalam pembiakan sapi sangat penting, terkait produktivitas dan peningkatan populasi bibit sapi di Indonesia. Desain genetik merupakan sesuatu yang penting disupport dengan manajemen pakan dan pencegahan, penanganan kesehatan hewan. Manajemen good breeding practice harus memenuhi aspek kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan. Penerapan biosecurity, pemberian anti parasit akan membantu perkembangan reproduksi ternak. Aspek kesehatan hewan harus secara aplikatif mencakup 5 freedom ( bebas dari lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari sakit, cidera dan penyakit, bebas dari rasa takut dan tertekan, serta bebas mengekspresikan perilaku normal dan alami).

Pembicara pertama Drh Nanang Purus Subendro (Ketua PDHI Cabang Lampung). Beliau juga pemilik PT Indo Prima Beef I (3500 ekor) dan II (6000 ekor) telah bermitra dengan PT Samudra Biru Langit dengan kapasitas 700 ekor, Kopkar Gunung Madu (1500 ekor), dan CV Pasa Jaya (700 ekor). Breeding memiliki high risk, low profit, membutuhkan lahan lebih luas, jenis indukan (pure/commercial breed), sarana prasarana, SDM, jenis pakan yang murah dan visible, biaya yang dibutuhkan untuk peningkatan berat badan perhari, pasar masing-masing jenis sapi yang dihasilkan, cash flow, payback periode dan IRR. 

Pemateri kedua Dr Drh Susan M Noor (Peneliti BBLitvet Bogor, Balibangtan Kemetan). Pengembangan sapi berdasarkan kaidah kesehatan hewan meliputi status penyakit hewan, pencegahan penyakit, biosecurity dan kesejahteraan hewan. Pencegahan penyakit menjadi lebih efektif daripada penanganan penyakit. Pelaksanaan biosecurity dan kesejahteraan hewan mendukung produktivitas peternakan. Contoh dampak penyakit brucellosis pada pengembangbiakan sapi meliputi abortus, stillbirth, infertilitas (gangguan reproduksi), penurunan produksi. Beberapa penyakit yang berperngaruh terhadap pengembangbiakan sapi meliputi penyakit parasit darah, septisemia epizootika, campylobacter, leptospirosis dan lainya. Penyakit hewan menular berdampak pada kesrawan, produktivitas, kesejahteraan masyarakat dan perdagangan. Pencegahan penyakit perlu melakukan pentingnya identifikasi risiko. Vaksinasi menjadi langkah efektif untuk pencegahan penyakit. 

Pembicara ketiga Drh Arief Panji (Manajer dan Animal Health PT KAL – MEDCOAGRO) menyampaikan SISKA (sistem integrasi sapi dan kelapa sawit) di PT KAL dimulai sejah 2010. Pada 2016, dengan lahan 1700 ha lahan sawit dengan populasi 520 ekor dengan supervisi dari Indonesia Australian Commercial Cattle Breeding (IACCB). Sistem rotasi grassing sapi dari satu lokasi ke lokasi yang sama membutuhkan waktu 90 hari. Kandang sapi permanen dipergunakan untuk penanganan penyakit-penyakit serius, pemeriksaan kebuntingan, pemberian obat cacing, recovery induk menyusui dan vaksinasi masal. Seluruh aktivitas perkawinan (join bull) hingga kelahiran dilakukan di area grassing. Kendala-kendala di lapangan meliputi deteksi sapi sakit, penanganan penyakit, mengisolasi sapi sakit dari koloni ke kandang permanen, penanganan distokia. Keuntungan sistem integrasi sapi sawit meliputi penyediaan produksi pakan unuk ternak, penurunan biaya penanganan gulma dan rumput liar serta tersedianya pupuk organik dari sapi ke tanaman sawit. Pada musim kemarau ketersediaan pakan ditambahkan dengan solit sawit (sludge). Beberapa kasus lapangan yang ditemukan meliputi fraktur tulang sapi yang terjebak di kubangan atau rawa, myasis, prolaspus, laminitis karena tertusuk duri sawit.

Kesempatan terakhir dimanfaatkan Dr Drh Muhammad Agil, MSc Agr (dosen Reproduksi dan Kebidanan FKG IPB). Beliau memberikan beberapa kesimpulan dari acara webinar tersebut. Beberapa hal yang disimpulkan meliputi swasembada daging/sapi hanya akan dicapai bila populasi sapi dapat memenuhi kebutuhan jumlah sapi untuk dipotong dalam 1 tahun dan berkelanjutan. Peningkatan populasi sapi hanya bisa dicapai dengan program pembiakan sapi. Pembiakan sapi merupakan usaha yang mahal, butuh modal kuat dan berkelanjutan. Profit margin pembiakan sapi masih rendah  (3-7%), sangat tergantung dari biaya pakan (70%). Peningkatan profit margin pembiakan sapi hanya diperoleh dengan pelaksanaan manajemen pemeliharaan (husbandry), reproduksi dan kesehatan yang efektif dan efisien dan adanya subsidi pemerintah. (Joko Susilo, Kontributor Lampung)

PENGENDALIAN CEMARAN METABOLIT JAMUR ATAU TOKSIN PADA PAKAN AYAM

Pada umumnya unggas yang berusia muda sangat rentan terhadap Aflatoksin dibandingkan dengan unggas yang lebih dewasa. (Foto: Jurnalpeternakan.com)

Beberapa strain jamur (kapang) dapat tumbuh pada pakan ternak, bahan baku pakan dan litter yang menghasilkan toksin/racun, yang bila termakan oleh hewan khususnya ayam dapat menyebabkan kematian. Kematian yang disebabkan racun tadi umumnya disebut sebagai kematian karena terjadinya Mikotoksikosis (keracunan dari toksin/racun yang berasal dari metabolit jamur). Metabolit jamur itu (toksin/racun) merupakan toksin yang sangat kuat bahkan ada yang mensejajarkannya dengan racun botulinum.

Beberapa tipe jamur menghasilkan toksin yang menyebabkan masalah pada peternakan, tetapi yang perlu menjadi perhatian pada industri peternakan adalah toksin yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus, dimana racun yang dihasilkannya adalah Alfatoksin. Aspergillus flavus adalah jamur yang biasanya tumbuh pada beberapa media, khususnya tumbuh baik pada biji-bijian atau kacang-kacangan.

Pada saat ini diketahui ada empat jenis Aflatoksin ang dapat dikatakan sangat berpengaruh besar pada industri peternakan, yaitu Aflatoksin B1, B2, G1 dan G2. Dimana toksin B1 merupakan yang paling kuat dan penyebab gangguan yang tinggi pada industri peternakan.

Toksin yang berasal dari jamur ini menyebabkan berbagai gejala klinis yang sangat bervariasi dan sulit untuk dikenali. Beberapa Aflatoksin umumnya menyebabkan kematian, pertumbuhan terhambat, penurunan produksi telur, penurunan daya tetas (breeder) dan menyebabkan imunosupresif. Diagnosis sangat sulit karena lesi yang khas biasanya tidak terlihat dan mendeteksi toksin tidak meyakinkan.

Bagaimana Aflatoksin Dapat Berada pada Pakan 
Jamur dapat saja mengontaminasi dan memproduksi Aflatoksin pada saat sebelum dan sesudah panen bahan baku (biji-bijian dan kacang-kacangan), selama penyimpanan dan transportasi pakan serta di gudang penyimpanan farm. Suhu, kelembapan dan curah hujan tinggi merupakan faktor kondusif di daerah tropis dan memacu pertumbuhan jamur, sekaligus memproduksi Aflatoksin. Kandungan air yang aman pada bahan baku pakan agar tidak dapat ditumbuhi jamur dan sekaligus tidak terkontaminasi Aflatoksin adalah pada kisaran 8-12%.

Aflatoksin dihasilkan oleh bahan baku pakan terutama pada bungkil kacang tanah, tepung jagung, bungkil biji kapas dan bungkil kelapa. Pada umumnya ekstrak biji bunga matahari, ekstraksi rapeseed, bungkil kedelai dan dedak mengandung sedikit kandungan Aflatoksin.

Kerentanan Unggas Terserang Aflatoksin
Diantara unggas... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2021. (MAS-AHD)

CPI KIRIM PRODUK OLAHAN PERDANANYA KE QATAR

Acara pelepasan ekspor perdana PT Charoen Pokphand Indonesia ke Qatar. (Foto: Istimewa)

PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) sukses mengekspor produk olahan perdananya ke Qatar yang secara langsung dilepas oleh Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) secara daring, Rabu (24/2/2021).

"Saya berbangga hati bahwa kita akan melepas ekspor perdana produk olahan unggas Indonesia pertama yang berhasil menembus negara Qatar dari PT Charoen Pokphand Indonesia," ujar Mentan Syahrul dalam keterangan tertulisnya.

Dijelaskan, ekspor perdana ke Qatar ini dilakukan sebanyak 3,29 ton dengan nilai Rp 220 juta dari total kontrak 21,6 ton untuk 2021 yang telah disepakati antara CPI dan pihak Qatar.

Mentan berharap, ekspor perdana ke Qatar bisa menjadi pintu masuk produk-produk olahan unggas asal Indonesia ke kawasan Timur Tengah.

Selain Qatar, adapun ekspor lanjutan ke Jepang. Pengiriman produk olahan unggas ke Jepang sebanyak 6 ton dengan nilai Rp 250 juta. Ini merupakan repeat order kesekian kalinya sejak 2018 ke PT Charoen Pokphand Indonesia.

Selain produk olahan unggas, dilakukan juga ekspor lanjutan enam kontainer pakan unggas ke Timor Leste sekitar 120.000 kg dengan nilai Rp 740 juta.

"Repeat order ini menunjukkan bahwa produk Indonesia semakin digemari. Saya juga ingin mengucapkan selamat dan apresiasi kepada PT Charoen Pokphand Indonesia atas realisasi ekspor unggas dan produknya pada 2020 sebesar 2 juta USD ke Jepang, Papua Nugini dan Timor Leste," ungkap Syahrul.

Ke depannya, ia berharap CPI bisa terus meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk siap ekspor dan menjadi memotivasi bagi pelaku usaha lain untuk tetap berupaya melakukan percepatan ekspor komoditas peternakan.

"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada PT Charoen Pokphand Indonesia dan semua pihak terkait atas dukungan terhadap upaya ekspor komoditas peternakan Indonesia," pungkasnya.

Selama masa pandemi COVID-19, seluruh dunia mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi. Namun untuk urusan pangan, dunia tidak dapat menunda pemenuhannya. Oleh karena itu, kebutuhan ini perlu ditangkap sebagai peluang Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pangan dunia.

Berbagai komoditas peternakan Indonesia saat ini telah mampu menembus pasar global. Misalnya, daging ayam olahan, sarang burung walet, pakan ternak, obat hewan, produk susu olahan, ternak babi, kambing dan domba hidup sampai ke produk larva kering.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor komoditas peternakan periode Januari-Desember 2020, tercatat mencapai 325.442 ton dengan nilai USD 964.653.078 atau setara Rp13,5 triliun.

Catatan tersebut menunjukkan bahwa volume ekspor meningkat sebesar 14,45% dan nilai ekspor meningkat sebesar 38,89%.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019 (YoY), dimana volume mencapai 284.349 ton dengan nilai setara Rp10,4 triliun. (INF)

MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN TOKSIN PADA PAKAN

Kemampuan mengetahui keberadaan mikotoksin dalam bahan baku pakan ternak ayam menjadi hal yang sangat penting saat ini. (Foto: Dok. Infovet)

Toksin merupakan hasil metabolit sekunder jamur, disintesis dan dikeluarkan selama pertumbuhan jamur tertentu, pada saat di ladang (field toxin) maupun pada saat penyimpanan di gudang (storage toxin). Ketika pertumbuhan jamur berhenti, saat itu juga produksi mikotoksin berhenti, tetapi mikotoksin yang sudah terbentuk dan tersimpan tetap ada dan tidak hilang, karena merupakan bahan kimia yang stabil, tahan terhadap temperatur tinggi dan dalam proses pembuatan pakan. Bersifat residif, tertimbun dan terakumulasi, terutama pada hati, ginjal, otot dan telur terutama yolk. Pada dosis rendah dapat menyebabkan terjadinya imunosupresi (gangguan pembentukan kekebalan tubuh) dan bersifat antimikrobial sehingga menimbulkan terjadinya feed passage (bentuk feses masih menyerupai bentuk pakan utuh).



Jamur yang memproduksi toksin dapat dikategorikan menjadi dua berdasarkan tempat proses tumbuhnya, yaitu Field Fungi (contoh fusarium) dan Storage Fungi (contoh Aspergillus sp. dan Penicillium sp.).

Pada masa tanam, kandungan jamur semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan tanaman jagung. Mikotoksin yang dihasilkan jamur pun semakin meningkat, hal ini didukung oleh kondisi iklim, manifestasi serangga, variasi kualitas bibit, maupun tingkat kepadatan tanaman.

Pada proses panen, pembentukan mikotoksin antara lain karena tingkat kematangan tanaman, kadar air biji tanaman dan praktik manajemen pertanian. Kemudian pada saat penyimpanan pembentukan mikotoksin dipengaruhi oleh kandungan air, serangga dan penambahan bahan pengawet. Selain itu, distribusi bahan baku pakan juga berpengaruh terhadap pembentukan mikotoksin, seperti kondisi proses saat pengapalan.



Kemampuan mengetahui keberadaan mikotoksin dalam bahan baku pakan menjadi hal yang sangat penting saat ini. Kemampuan ini wajib dimiliki semua pihak yang terlibat dalam industri perunggasan, terutama para QC (quality control) pabrik pakan dan penanggung jawab kesehatan di farm.

Analisis mikotoksin dengan metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography) biasa digunakan untuk memeriksa bahan baku pakan asal biji-bijian. Kemampuan diagnosis mikotoksikosis berdasarkan gejala klinis pada saat bedah bangkai juga harus dimiliki oleh setiap petugas lapangan. Kedua macam pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai “pisau analisa” permasalahan yang terjadi di lapangan dan dapat digunakan sebagai dasar-dasar tindakan pencegahan.

Strategi Pengendalian Toksin
• Pastikan bahan baku pakan mempunyai kualitas terbaik. Misalnya jagung dengan… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2021)

Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264, JAKARTA
Telp: 021 8300300

CP FOODS BERMITRA DENGAN UNIVERSITAS CHIANG MAI UNTUK MENGEMBANGKAN PAKAN TERNAK BERBASIS SERANGGA

CP Foods telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Universitas Chiang Mai untuk mengembangkan protein berbasis serangga dari larva lalat tentara hitam untuk mendorong pertanian Thailand menuju pertumbuhan yang berkelanjutan.

Perjanjian, yang baru-baru ini ditandatangani oleh Clinical Professor Niwes Nantachit, MD, Presiden Universitas Chiang Mai, dan Dr Pairat Srichana, wakil presiden senior CP Foods, bertujuan untuk mengkomersialkan protein berbasis serangga yang merupakan sumber makanan alternatif berkelanjutan untuk hewan dan manusia. Ini juga menawarkan peluang ekonomi sirkular yang besar karena serangga dapat secara efisien membantu mendaur ulang limbah hayati.

Associate Professor Dr Yuthana Phimolsiripol, direktur Food Innovation and Packaging Center (FIN) di Universitas Chiang Mai, mengatakan bahwa, awalnya, universitas meneliti beberapa produk lalat tentara hitam seperti perawatan kulit dari minyak larva. Universitas telah bekerja sama dengan CP Foods untuk mengeksplorasi peluang komersial dari penelitian tersebut.

Berdasarkan MoU ini, CP Foods akan mendanai proyek tersebut dan bersama-sama mengembangkan pertanian pintar pertama untuk lalat tentara hitam di Thailand. Pilot farm ini juga akan menjadi pusat pembelajaran bagi pelajar, petani, dan masyarakat.

Pasokan Telur Menipis di Polandia Karena Krisis Flu Burung Uni Eropa

Flu burung di Eropa sekarang mendekati level seperti yang terlihat pada tahun 2016 dengan pasokan telur menyusut di Polandia, salah satu negara yang paling terpukul akibat hilangnya banyak ayam petelur, sebagai tanda bahwa virus mulai membebani industri unggas.

Flu burung, telah ditemukan di beberapa negara Eropa, membinasakan ternak dengan kerugian bagi peternak yang sudah terpukul parah oleh COVID-19.

Rusia mengatakan bahwa mereka telah mendaftarkan kasus pertama flu burung A (H5N8) yang ditularkan ke manusia dari burung pada tujuh pekerja di sebuah pabrik unggas, meningkatkan kekhawatiran bahwa virus tersebut dapat bermutasi menjadi penyakit dari manusia ke manusia.

Penyakit ini cenderung dimulai pada musim gugur, dibawa oleh burung liar yang bermigrasi dalam perjalanannya dari Asia ke Eropa.

"Jumlah wabah telah melonjak bahkan lebih dari pada tahun-tahun sulit," kata Monique Eloit, kepala Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE).

Jumlah tersebut mewakili sebagian kecil dari kawanan unggas UE dan belum ada tanda-tanda kekurangan ayam.

Ada 6,4 miliar ayam yang disembelih untuk diambil dagingnya di EU-27 pada 2019, menurut statistik yang dikeluarkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).

Namun, hilangnya ayam petelur telah mengurangi pasokan telur dan memberikan tekanan pada harga. Harga telur di pasar grosir di Polandia melonjak sekitar 18% hingga 20% pada akhir Januari, kata Katarzyna Gawronska, direktur Kamar Nasional Produsen Unggas dan Pakan.

Data yang dikeluarkan oleh Komisi Eropa menunjukkan harga telur juga naik di beberapa negara UE lainnya, termasuk Prancis dan Jerman, meski masih lemah di negara produsen utama lainnya, Spanyol.

"Dengan mempertimbangkan kerugian unggas di Polandia dan seluruh Eropa, pasar telur baru-baru ini mengalami lonjakan harga yang tajam," kata Gawronska.

Polandia menghasilkan 648.000 ton telur pada 2019, menjadikannya produsen telur terbesar keenam di Uni Eropa, menurut data UE. (via thepoultryworld.net)

IKUTI WEBINAR PERANAN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DALAM BISNIS PEMBIAKAN SAPI

Hai Mitra Peternak…

Sejauh mana peranan penting Kesehatan dan Kesejahteraan Hewan dalam Bisnis Pembiakan Sapi dan bagaimana penerapan keduanya secara efektif dan efisien dalam bisnis ini???

Pastikan anda bergabung dalam Seminar Bersama Red Meat and Cattle Partnership (RMCP) dan PDHI Lampung dengan Narasumber kompeten baik akademisi, praktisi dan peternak sapi sukses, pada :

Hari/Tanggal : Sabtu/27 Februari 2021

Waktu : 09.00 – 11.00 WIB

Tempat : Room Zoom 

Biaya : Gratis (berSKPB 2 Point)

Segera amankan slot anda dengan mendaftar melalui Link: https://bit.ly/WebinarPDHILampung

CARA MENJADI MITRA JAPFA (CIOMAS)


Cara menjadi mitra JAPFA untuk kemitraan ayam pedaging adalah dengan melalui PT Ciomas Adisatwa, yang merupakan anak perusahaan dari PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk. Ciomas bergerak dalam bidang agribisnis, terutama mengelola kemitraan ayam pedaging (broiler) dengan para peternak rakyat.

Pola kerjasama antara perusahaan yang menyediakan Sarana Produksi Peternakan (Sapronak) di bidang ayam pedaging (broiler) yang disebut INTI dengan Peternak (Kelompok Peternak) yang disebut PLASMA yang saling menguntungkan.

Azas Kemitraan JAPFA (Ciomas):

  • Saling mempercayai
  • Saling membutuhkan
  • Saling menguntungkan
  • Dijalankan tanpa paksaan

Tujuan dan Manfaat Adanya Kemitraan:

  • Menumbuhkembangkan peternakan rakyat
  • Meningkatkan kemampuan teknis peternak
  • Efisiensi produksi
  • Meningkatkan pendapatan peternak
  • Menghidupkan perekonomian pedesaan
  • Menciptakan lapangan kerja

Keuntungan Peternak Melalukan Kemitraan:

  • Lebih menjamin kontinuitas produksi & pendapatan peternak
  • Tidak terpengaruh oleh naik turunnya harga ayam besar
  • Ada jaminan dalam pemasaran
  • Ada alih teknologi beternak
  • Ada insentif apabila performance produksi mencapai standar yang ditetapkan (misal: FCR, mortalitas, dll) & bonus pasar

Cara & Syarat Menjadi Mitra/Plasma:

  • Mengajukan permohonan menjadi PLASMA
  • Memiliki sarana perkandangan dengan ketentuan:
    Memenuhi syarat teknis (konstruksi kandang sesuai dengan petunjuk inti)
    Tidak terlalu dekat pemukiman atau terletak di kawasan yang telah ditentukan oleh pejabat pemerintah setempat
    Tersedia air dan listrik sepanjang tahun
    Sirkulasi udara cukup baik
  • Menyediakan tenaga kerja
  • Bersedia membuat perjanjian kerjasama dengan INTI

Daftar Alamat Kontak:

Kantor Pusat
Wisma Millenia Lt 3
Jl MT Haryono Kav 16
Jakarta Selatan 12810
Tlp 021 28545880

Kantor Region Banten
Jl Raya Serpong KM 7 No 11D
Ds Pakulonan Kp Baru
Tangerang Selatan
Tlp 021 5396571

Kantor Region Jabar I
Jl Raya Parung KM 24 No 32A
Ds Jampang Kec Kemang
Bogor
Tlp 0251 8610745

Kantor Region Kalimantan I
Jl Mawar No 11
Kel Komet Kec Banjarbaru Utara
Banjarbaru
Tlp 0511 47720196

Kantor Region Sumatera I
Office Park Way Halim
Jl Sultan Agung Kav I & IA
Lampung
Tlp 0721 709515

Kantor Region Bali I
Jl Kubu Gunung No 97
Dalung, Kuta Utara
Badung
Tlp 0361 8947589

Kantor Region Sulawesi I
Jl Ir Sutami Samping KM 17 Tol
Kompleks Pergudangan 88
Kel Bulurekeng Kec Biringkanaya
Makassar
Tlp 0411 556322

Kantor Region Jatim I
Jl Raya Ampeldenta No 200
Bunut Wetan, Pakis
Malang
Tlp 0341 792848

Kantor Region DIY
Jl Imogiri Barat KM 5,3 No 57
Bangunharjo, Sewon
Bantul, Yogyakarta
Tlp 0274 4396301

Kantor Region Jateng I
Dk Ngendro Ds Balon
Kec Colomadu
Kab Karanganyar
Tlp 0271 784384

(Sumber: PT Ciomas Adisatwa)

MENGUPAS TITIK KRITIS MONITORING PERFORMA BROILER MODERN BERSAMA EKO PRASETIO

Eko Prasetio saat memberi pemaparan webinar. (Foto: Dok. Infovet)

Selasa, 23 Februari 2021. Secara daring bekerja sama dengan PT Gallus Indonesia Utama (GITA), diselenggarakan Webinar Nasional “Titik Kritis Monitoring Performa Broiler Modern Pasca Pelarangan AGP” dengan narasumber tunggal commercial broiler farm consultant, Drh Eko Prasetio.

Webinar dilaksanakan dalam rangka peluncuran buku karya Eko Prasetio berjudul “Manajemen Kesehatan Broiler Modern” yang merupakan kumpulan artikel miliknya yang dimuat dalam Majalah Infovet. Buku tersebut terbit atas kerja sama dengan GITA Pustaka.

Dihadiri sekitar 95 peserta, Eko membahas secara mendalam bagaimana perkembangan broiler modern, regulasi pemerintah terkait pelarangan antibiotic growth promoter (AGP) dan titik kritis parameter performa broiler modern.

“Perkembangan broiler ini sangat tinggi dari waktu ke waktu, kenaikan produksi dagingnya sangat signifikan, sehingga menjadi bisnis yang eye catching di Asia. Saat ini pun manajemen perunggasan semakin lebih baik tiap tahunnya,” kata Eko mengawali pemaparannya.

Kendati demikian, tantangan terhadap bisnis perunggasan juga ikut meningkat, apalagi disaat kondisi pandemi COVID-19 ini.

“Kondisi pandemi membuat bisnis perunggasan terdampak menurun. Kemudian pasca pelarangan AGP juga menjadi dampak tersendiri, yang dibalik itu menuntut peternak lebih jeli dalam pemeliharaan unggas,” ungkapnya.

Lebih lanjut dijelaskan, dua tahun sejak AGP dilarang, tekanan dalam pemeliharaan unggas cukup meningkat. Kemunculan agen patogen seperti Nektorik Enteritis dan Koksidiosis cukup merepotkan peternak, selain agen infeksius lain seperti Mycoplasma, Chronic Respiratory Disease, Reovirus, Adenovirus dan lain sebagainya.

“Kita perlu montoring lebih rinci untuk memperkecil risiko serangan agen patogen. Monitoring parameter performa ayam ini menjadi sistem peringatan dini atau early warning system bagi para peternak,” ucap Eko.

Ia mengemukakan, monitor awal bisa dilakukan saat kedatangan DOC (day old chick), dengan mengevaluasi beberapa parameter, diantaranya rata-rata berat badan, keseragaman, suhu tubuh saat datang dan enam jam pasca tebar. Hal ini sekaligus untuk melihat bagaimana kualitas brooding yang diterapkan.

“Kemudian lakukan evaluasi di 24 jam pertama. Ini menjadi titik kunci pemeliharaan. Ada lima parameter yang perlu diperhatikan, yakni feed intake, suhu (°C), suhu kaki dan kepala, keterisian tembolok dan water intake. Misal apabila dilihat water intake-nya tinggi namun feed intake-nya rendah, kemungkinan ayam kepanasan, begitu sebaliknya. Jadi ada yang perlu dievaluasi juga dari penerapan brooding-nya. Jika semua parameter tadi baik, maka pemeliharaan di 24 jam pertama sudah tercapai,” jelas dia.

Langkah berikutnya, lanjut Eko, evaluasi minggu pertama mutlak harus dilakukan. Karena ini merupakan pondasi awal perkembangan tubuh unggas. Parameter berat rata-rata, feed conversion, keseragaman (tidak boleh turun dari 4%), total deplesi dan relative growth (RG) menjadi perhatian utama.

Ia mencontohkan pentingnya data RG. Data tersebut memberi manfaat untuk mengevaluasi tata laksana pemeliharaan pada saat penerimaan DOC sampai umur tujuh hari. Kemudian untuk mengevaluasi strategi pemeliharaan fase berikutnya, seperti penggunaan pemanas, pelebaran area brooding, ventilasi, manajemen sekam dan lain sebagainya, hingga berguna untuk perencanaan panen.

“Semua hal tersebut menjadi trigger kita untuk lebih teliti lagi, khususnya di fase-fase awal pemeliharaan unggas,” tukasnya.

Kata Mereka
Webinar yang dibarengi peluncuran buku “Manajemen Kesehatan Broiler Modern” karya Eko Prasetio ini, mendapat banyak apresiasi dari kalangan senior bidang peternakan dan kesehatan hewan.

Peluncuran buku “Manajemen Kesehatan Broiler Modern” karya Eko Prasetio. (Foto: Dok. Infovet)

Salah satunya Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Drh M. Munawaroh.

“Saya sangat apresiasi, ilmu yang disampaikan oleh Drh Eko sangat komprehensif sekali. Buku yang diluncurkan ini sangat bagus isinya terkait manajemen kesehatan broiler modern,” kata Munawaroh.

Ungkapan senada juga disampaikan private poultry farm consultant, Tony Unandar, melalui rekaman suaranya karena berhalangan hadir.

“Yang jelas saya sungguh apresiasi kepada Pak Eko, dia mau berbagi ilmu yang bermanfaat kepada orang lain, ini menjadi awal yang sangat bagus. Selamat kepada Pak Eko yang sudah menerbitkan buku, semoga lebih maju dan berkarya lebih hebat lagi,” ungkap Tony.

Apresiasi juga datang dari Dewan Pembina GOPAN, Tri Hardiyanto, yang turut hadir dalam webinar tersebut. Ia mengatakan, saat ini manajemen pemeliharaan di lapangan harus ditingkatkan karena penggunaan AGP sudah diberhentikan, agar peternak memiliki efisiensi dalam budi daya, ternak punya ketahanan terhadap penyakit dan HPP bisa ditekan.

“Pak Eko ini sudah menuliskan apa yang sudah dia lakukan, itu yang menjadi titik pentingnya. Selamat kepada Pak Eko yang sudah menuangkan apa yang dikerjakan, semoga bermanfaat bagi orang lain. Juga kepada Majalah Infovet yang setia memberi informasi perunggasan, semoga menjadi amal baik,” kata Tri. (RBS)

EBOLA MEMAKAN KORBAN DI AFRIKA

Evakuasi korban Ebola oleh petugas medis (Sumber : istimewa)

Ebola kembali bangkit di sejumlah negara Afrika. Hingga kini sudah empat orang menjadi korban virus ini di Republik Demokratik Kongo, Minggu (21/2/2021).

"Kami telah menemukan enam kasus Ebola. Kami telah kehilangan empat orang yang terinfeksi," kata Menteri Kesehatan Provinsi di Kivu Utara, Dokter Eugene Syalita, kepada AFP.

Syalita mengatakan satu orang meninggal pada hari Jumat dan satu orang lagi pada hari Sabtu. Sedangkan dua orang lainnya meninggal pada awal bulan.

"Dua pasien (lainnya) menerima perawatan di pusat perawatan Ebola di Katwa," tambahnya.

Di kesempatan yang sama, Syalita mengeluhkan sikap warga di wilayah itu yang kurang menanggapi wabah baru dengan serius. Bahkan masih mengadakan pemakanan untuk korban dan menolak rumahnya didesinfektan.

"Orang belum mengerti bahwa Ebola muncul kembali. Semuanya belum jelas bagi mereka," katanya.

Seperti pada wabah sebelumnya, penduduk di wilayah tersebut menolak untuk percaya akan adanya penyakit Ebola. Mereka juga menolak tindakan yang bertujuan untuk memeriksa penyebaran virus seperti menghindari menyentuh orang yang sakit atau tidak memandikan orang mati yang terinfeksi.

Ebola adalah epidemi kesepuluh, yang diumumkan pada 1 Agustus 2018, dan baru diberantas pada 25 Juni tahun lalu. Perang saudara di Kongo membuat sulitnya virus dikendalikan dengan cepat.

Sejak kemunculannya di 1976, Kongo mencatat sudah ada 2.200 kematian karena Ebola. Virus Ebola ditularkan ke manusia melalui hewan yang terinfeksi melalui cairan tubuh dengan gejala utama demam, muntah, pendarahan dan diare.

Sebelumnya, Ebola juga muncul kembali di Guinea, di mana telah menewaskan lima orang. Dengan ini total sembilan orang sudah tewas karena virus ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan kebangkitan Ebola. Virus ini bangkit saat dunia masih bergelut dengan pandemi corona (Covid-19). (Reuters / CR)

RUSIA LAPORKAN PENULARAN AI H5N8 KE MANUSIA

Avian Influenza H5N8 melanda Rusia

Rusia melaporkan kasus pertama penularan avian influenza strain  H5N8 dari burung ke manusia. Wabah flu burung dengan strain ini dilaporkan tengah terjadi di beberapa negara, namun sejauh ini hanya ditemukan pada unggas.

Virus AI dengan strain H5N8 antara lain mewabah di wilayah Rusia, Eropa, China, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Strain yang menular ke manusia sejauh ini hanya H5N1, H7N9, dan H9N2. Sebanyak 7 pekerja peternakan unggas di Rusia bagian selatan terinfeksi H5N8 pada wabah Desember lalu. Para pekerja saat ini sudah membaik.

"Situasi ini tidak berlanjut," kata Anna Popova, kepala lembaga pengawas kesehatan konsumen Rusia, Rospotrebnadzor, yang melaporkan temuan tersebut ke WHO, dikutip dari Reuters, Minggu (21/2/2021).

Dalam sebuah email, perwakilan WHO di Eropa mengatakan telah menerima laporan tersebut. Diakui, ini adalah pertama kalinya strain tersebut menular dari hewan ke manusia.

"Informasi awal menunjukkan bahwa kasus yang dilaporkan adalah pekerja terpapar dari kawanan burung," tulis email tersebut.

"Mereka tidak bergejala dan tidak ada penularan dari orang ke orang yang dilaporkan," lanjutnya.

Sebagian besar kasus infeksi avian influenza pada manusia dikaitkan dengan kontak langsung dengan unggas hidup maupun mati. Daging unggas yang dimasak dengan benar disebutkan aman untuk dikonsumsi. (reuters/CR)


WABAH FLU BURUNG H5N8 DI KOREA SELATAN MENCAPAI 100

Korea Selatan mengonfirmasi tambahan wabah flu burung H5N8, sehingga jumlah total kasus dari peternakan unggas lokal menjadi 100.

Kantor Berita Yonhap mengumumkan pencapaian yang suram pada 20 Februari setelah kasus tambahan H5N8 tercatat di sebuah peternakan di Tongyeong. Peternakan yang terletak sekitar 330 km tenggara Seoul itu memelihara berbagai jenis unggas, termasuk bebek, angsa, dan ayam.

Otoritas kesehatan hewan di negara tersebut telah memusnahkan 28,6 juta unggas hingga saat ini sebagai bagian dari tindakan biosekuriti.

Beberapa lalu, Korea Selatan mengurangi tindakan pencegahan intensifnya dan sekarang akan memusnahkan unggas dalam zona 1 km dari peternakan yang terinfeksi, bukan 3 km. Langkah-langkah baru akan diberlakukan selama dua minggu.

EKSPOR UNGGAS BRASIL KE ARAB SAUDI UNTUK JANUARI 2021 TETAP STABIL

Meskipun ada sedikit penurunan ekspor pada Januari, Arab Saudi membeli 35.800 ton unggas dari Brasil.

Brasil mengirim 35.800 ton unggas ke kerajaan Arab Saudi, yang menyebabkan peningkatan pendapatan sebesar 4% menjadi $ 54,5 juta.

Angka impor menunjukkan bahwa Arab Saudi merupakan importir utama ayam Brasil, disusul Uni Emirat Arab. Total ekspor unggas mentah dan olahan dari Brasil mencapai $ 434,4 juta pada Januari 2021, turun 17,9% dari Januari 2020.

“Arab Saudi telah mengimpor dari Brasil selama beberapa dekade sekarang, dan selalu berada di antara 20 hingga 25 importir terkemuka. Namun, impor akan berfluktuasi dari tahun ke tahun,” kata Direktur ABICS Aguinaldo Lima dalam sebuah pernyataan.

SKOTLANDIA MENGONFIRMASI KASUS FLU BURUNG KEDUA

Otoritas kesehatan hewan Skotlandia telah mengidentifikasi wabah flu burung H5N1 yang sangat patogen di Fife.

Pemerintah Skotlandia memastikan bahwa sekawanan sekitar 14.000 gamebird di tempat pemeliharaan di Levan, Fife, telah terinfeksi flu burung H5N1 yang sangat patogen. Semuanya yang terkena dampak dimusnahkan secara manusiawi. Zona Perlindungan 3 km dan Zona Pengawasan 10 km juga telah ditempatkan di sekitar tempat yang terinfeksi untuk mengekang risiko penyebaran penyakit.

Berbagai tindakan pengendalian dilakukan di dalam zona, termasuk pembatasan pergerakan telur, unggas, bangkai, kotoran unggas. Namun tetap dinyatakan bahwa risiko kesehatan manusia dari virus ini sangat rendah.

Ini adalah kasus flu burung kedua yang dikonfirmasi di Skotlandia dalam beberapa bulan terakhir. Pada bulan Desember, pemerintah Skotlandia mengidentifikasi flu burung yang sangat patogen (H5N8) pada kawanan di pulau Sanday di Orkney.

ALTERNATIF ANTIBIOTIK BARU DI PETERNAKAN UNGGAS RUSIA

Pada tahun 2025, peternakan unggas Rusia diperkirakan dapat menghentikan penggunaan antibiotik pakan dengan memasukkan betulin dalam ransum pakan. Phytobiotic, yang berasal dari kulit pohon birch, dikenal luas karena memberi warna putih pada pohon, yang tampaknya melindungi pohon dari panas berlebih oleh matahari.

Sekelompok ilmuwan dari cabang Ural dari Akademi Sains Rusia menjalankan percobaan dengan kawin silang Ross-308 di sebuah peternakan ayam pedaging di Sverdlovsk Oblast, Rusia. Hasil studi tersebut telah dipublikasikan di majalah ilmiah Rusia, Veterinary Today. Unggas dalam kelompok eksperimen diberi betulin kering yang ditambahkan ke dalam ransum dari hari ke 21 sampai hari ke 35 dengan dosis 2,5 mg per kg bobot hidup. Pengenalan pakan tambahan berdasarkan betulin ke dalam makanan berkontribusi pada peningkatan berat badan hidup dan berat otot dada sebesar 7,6%.

Ilmuwan juga menemukan bahwa konsumsi fitobiotik oleh ayam pedaging menyebabkan penurunan pengendapan lemak subkutan dan perut, meningkatkan kualitas biologis daging dengan meningkatkan kandungan unsur abu.

Peraturan kedokteran hewan Rusia masih tidak membatasi penggunaan antibiotik yang diizinkan di peternakan unggas. Seperti yang dijelaskan oleh Petr Kanardov, direktur umum lembaga konsultasi Feedland Group, terdapat perbedaan mendasar dalam pendekatan penggunaan antibiotik pakan dalam pemberian pakan unggas di Rusia dan negara-negara barat. Di Rusia, fokus utamanya adalah tidak adanya sisa antibiotik dalam produksi ternak sehingga pabrikan Rusia dapat menggunakan obat ini dalam jumlah yang tidak terbatas. Hal utama adalah bahwa mereka tidak boleh ditemukan di produk akhir, kata Kanardov. Pemerintah Rusia telah mempertimbangkan rencana untuk mengatasi masalah ini, tetapi tidak ada upaya nyata yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir.

CIRI AYAM CACINGAN

Cacingan sering menyerang ayam broiler dan layer pada kandang yang sanitasinya tidak dikelola dengan baik. Tes laboratorium disarankan agar penyakit cacing pada ayam dapat dideteksi lebih dini. Ciri ayam cacingan bisa juga dilihat dari kondisi fisik ayam.

Ciri-ciri ayam broiler cacingan:

  • Perut kembung.
  • Ayam lesu tidak lincah seperti biasanya.
  • Nafsu makan menurun bahkan bisa tidak mau makan.
  • Pertumbuhannya lambat.
  • Ada cacing pada kotoran ayam.

Ciri-ciri ayam layer cacingan:

  • Produksi telur menurun.
  • Bulu menjadi kusut.
  • Berat badan menurun meski ayam banyak makan.
  • Kualitas telur jelek.
  • Ada cacing pada kotoran ayam.

Ciri ayam terkena cacingan di atas biasanya timbul setelah ayam terinfeksi cacing dalam tingkat yang sudah parah. Saat masih awal terkena cacing seringkali tidak terlihat ciri atau gejala yang jelas.

Cacingan lebih sering ditemui pada ayam layer karena umur peliharanya yang lebih panjang dari ayam broiler. Penyakit cacingan ini bisa ditangani dengan biosekuriti dan sanitasi yang baik, serta pengobatan yang tepat.

SEKTOR UNGGAS NIGERIA MENGHADAPI KELANGKAAN KEDELAI DAN AI

Kelangkaan dan kenaikan harga kedelai, bahan utama yang digunakan dalam pakan unggas, dengan cepat melumpuhkan sektor perunggasan di Nigeria, yang kini juga menghadapi ancaman flu burung.

Setelah 2 tahun tidak ada wabah yang dilaporkan di negara tersebut, Institut Penelitian Hewan Nasional Nigeria telah mengonfirmasi bahwa flu burung telah muncul kembali. Wabah terjadi di 2 peternakan unggas dari berbagai spesies burung unta, angsa, kalkun, ayam petelur, dan burung merak di negara bagian Kano. Setelah itu, wabah telah dikonfirmasi di 2 peternakan komersial.

Sementara itu, Nigeria menghadapi kekurangan kedelai yang parah. Sekantong 100 kg kedelai telah meningkat menjadi N24.000 (US $ 60,93) dari N12.000 (US $ 30,47). Selain mahal kedelai juga langka di dalam negeri, menyusul adanya laporan kekurangan jagung. Menurut Onallo Akpa, Dirjen Asosiasi Unggas Nigeria, banyak peternakan unggas yang tutup karena mahalnya harga pakan. “Ini berdampak negatif pada industri, karena kedelai dan jagung merupakan hampir 80% bahan baku dalam produksi pakan, dan sekarang kedelai dan jagung kekurangan pasokan,” katanya. Di Nigeria, pengganti kedelai yang populer termasuk kacang tanah, biji kapas, dan palm kernel, namun kedelai adalah yang paling disukai karena sifat kecernaannya yang tinggi.

Hassan Dalha, seorang ahli pertanian dan petani kedelai, mencatat bahwa kekurangan kedelai disebabkan oleh curah hujan yang buruk tahun lalu, yang mengakibatkan hasil yang rendah. Dia memperkirakan bahwa harga akan terus naik.

PERAN PENTING PREHEATING

Preheating yang dilakukan dengan metode yang tepat akan berdampak positif untuk DOC. (Foto: Infovet/Ridwan)

Telur yang baru saja menetas menjadi anak ayam atau biasa disebut day old chick (DOC) sangat membutuhkan lingkungan yang hangat agar bisa bertahan hidup. Biasanya induk ayam akan meletakkan DOC tersebut ke dalam sayapnya agar DOC merasa hangat. Tetapi hal ini sangat sulit dilakukan apabila jumlah populasi DOC sangat banyak.

Perusahaan penetasan telur ayam skala industri biasanya akan mengirim DOC kekandang-kandang milik perusahaan atau ke kandang mitra. Mobil pengantar DOC akan membutuhkan waktu beberapa jam untuk sampai di kandang. Diharapkan ketika DOC telah sampai di kandang atau chick-in, DOC langsung bisa merasakan lingkungan yang hangat di area brooding. Lingkungan yang hangat ini sangat menentukan keberlangsungan hidup DOC. Kegiatan menghangatkan area brooding di dalam kandang sebelum kedatangan DOC biasa disebut preheating

Preheating dilakukan dengan menggunakan bantuan gas yang terhubung dengan brooder. Ketika brooder dinyalakan, perlahan area brooding akan terasa hangat. Idealnya preheating dimulai sejak empat jam sebelum chick-in atau bisa lebih lama jika kondisi lingkungan sedang sangat dingin dan bisa lebih cepat jika kondisi lingkungan sedang panas, atau bisa disesuaikan dengan suhu litter ketika sudah mencapai 34° C. Suhu litter dapat diketahui salah satunya dengan cara menembakkan thermo gun ke arah litter.

Karena sensor suhu DOC terletak pada kakinya, hal tersebut yang mengakibatkan pengukuran suhu area brooding tidak menggunakan termometer dinding yang biasa dipasang tegak dalam sebuah ruangan untuk mengetahui suhu ruangan, tetapi menggunakan jenis termometer lain salah satunya thermo gun untuk membantu mengetahui suhu litter tempat kaki ayam berpijak.

Dampak Positif Preheating
Preheating yang dilakukan dengan metode yang tepat akan berdampak positif untuk DOC. DOC akan merasakan kenyamanan di area brooding tersebut, tidak kedinginan dan juga tidak kepanasan. Kenyamanan ini akan berdampak pada tercapainya berat badan sesuai standar ideal DOC selama pemeliharaan.

Pendugaan kenyaman atau ketidaknyamanan DOC dapat dilihat dari tingkah laku dan kondisi tembolok DOC tersebut. Jika DOC terlalu banyak makan, berkumpul di bawah lampu yang bercahaya dan ketika memegang temboloknya terasa keras, diduga DOC tersebut sedang kedinginan. Jika DOC terlalu banyak minum dan ketika memegang temboloknya terasa sangat lembek dan seperti berisi banyak air, diduga DOC tersebut sedang kepanasan.

Namun demikian, jika DOC terlihat tersebar merata di area brooding dan ketika memegang temboloknya terasa tidak keras dan juga tidak terlalu lembek, bisa dipastikan DOC sudah merasa nyaman.

Efek Negatif Tak Melakukan Preheating
Dampak negatif tidak melakukan preheating atau melakukannya tapi tidak dengan metode yang tepat, maka akan berdampak pada tidak tercapainya berat badan standar ideal bahkan bisa berdampak pada bertambahnya angka deplesi atau tingkat kematian dan culling yang tinggi.

Tentunya para peternak tidak menginginkan kondisi seperti tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukannya preheating dengan metode yang tepat agar dapat meminimalkan kemungkinan kerugian dalam beternak. ***

Ditulis oleh:
Waode Nurmayani
Alumnus Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin

OPTIMALISASI SBM SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN

Memaksimalkan penggunaan SBM untuk pakan yang lebih efisien

Pakan merupakan komponen penting dengan cost tertinggi dalam usaha budidaya peternakan termasuk unggas. Hampir 70% komposisi biaya dalam beternak berasal dari pakan, oleh karena itu sangat penting untuk menekan cost pakan agar budidaya lebih efisien.

Namun begitu tidak mudah rasa – rasanya mengefisienkan harga pakan dikala pandemi kini. Terlebih lagi banyak keluhan dari para produsen pakan terkait kenaikan harga beberapa jenis bahan baku pakan misalnya Soybean Meal (SBM) yang umum digunakan dalam formulasi pakan di Indonesia.

PT Agrimara Cipta Nutrindo selaku distributor dari Industrial Tecnica Pecuaria SA, perusahaan yang berpengalaman selama 50 tahun di bidang teknologi pakan, mengadakan webinar untuk berbagi ilmu dan pengalaman dalam memaksimalkan SBM. Webinar tersebut dihelat pada 10 Februari 2021 lalu melalui daring Zoom meeting.

Bertindak sebagai narasumber yakni Dr Josep Mascarell, BD Director ITPSA dan webinar tersebut dimoderatori oleh Prof Komang G Wiryawan dari departemen ilmu nutrisi dan teknologi pakan, Fakultas Peternakan IPB University.

Sebagai pembuka, Prof Komang kembali mengingatkan pada kita akan fungsi SBM sebagai sumber nutrisi (asam amino). Namun begitu jika tidak termanfaatkan dengan baik oleh ternak, sisa protein dalam SBM akan menghasilkan gas yang akan berbahaya karena Non-Starch Polisacharide (NSP) yang tersisa, ini akan dicerna bakteri patogen sehingga mengancam kesehatan saluran pencernaan ternak.

Hal tersebut diamini oleh Josep, berdasarkan hasil riset asam amino yang terkandung dalam SBM lebih seimbang dan beberapa diantaranya tidak dapat ditemukan dalam tanaman lain. Selain itu Josep menilai bahwa utilisasi dari SBM dalam sebuah formulasi pakan belum termaksimalkan dengan baik. Terlebih lagi di masa sekarang ini dimana efisiensi adalah sebuah keharusan dan peternak dihadapkan dengan berbagai macam tantangan dalam budidaya.

“Tantangan di masa kini semakin kompleks, produsen pakan pun harus berlomba – lomba dalam menciptakan pakan yang murah, efisien, tetapi juga berkualitas, oleh karena itu dibutuhkan kustomisasi yang tepat dalam formulasi untuk melakukannya,” tutur Josep.

Di kawasan Asia mayoritas formulasi pakan ternak didominasi oleh jagung, tepung gandum, dan SBM sebagai bahan baku utama. Dalam SBM ternyata terdapat kandungan zat anti nutrisi berupa α-galaktosidase (αGOS). Zat tersebut dapat menyebabkan timbunan gas dalam perut, penurunan absorpsi nutrient, peradangan pada usus, dan rasa tidak nyaman pada ternak.

Hal ini tentunya akan menyebabkan ternak stress dan menyebabkan turunnya sistem imun. Energi dari pakan yang seharusnya dapat dimaksimalkan untuk performa dan pertumbuhan malah terbuang untuk menyusun sistem imun yang menurun. Oleh karena itu dibutuhkan substrat yang dapat menguraikan α-galaktosidase untuk memaksimalkan utilisasi energi dari SBM.

Menurut Josep, di masa kini penggunaan enzim dalam formulasi pakan adalah sebuah keniscayaan. Penambahan enzim eksogen dapat membantu meningkatkan kualitas pakan,meningkatkan kecernaan nutrient (NSP, protein, dan lemak), memaksimalkan utilisasi energi pakan, dan yang pasti mengurangi biaya alias efisiensi formulasi.

ITPSA telah melakukan riset selama 20 tahun lebih dalam hal ini. Setelah melalui serangkaian riset dihasilkanlah produk enzim serbaguna yang dapat membantu memaksimalkan formulasi pakan terutama yang berbasis jagung, tepung gandum, dan SBM yakni Capsozyme SB Plus™. Produk tersebut memiliki bahan aktif kombinasi antara enzim α-galaktosidase dan xylanase yang sudah terbukti dan teruji dapat mengefisienkan formulasi pakan.

Berdasarkan trial pada ransum broiler dan babi pada tahun 2019, Capsozyme SB Plus™ terbukti dapat meningkatkan perfoma pada broiler dan babi. Selain itu, Capsozyme SB Plus™ juga terbukti dapat meningkatkan kecernaan dan menjaga kesehatan saluran pencernaan, sebagaimana terlihat pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Peningkatkan Kecernaan Pada Broiler (penggunaan Capsozyme SB Plus)


Tabel 2. Peningkatkan Kecernaan Pada Babi (penggunaan Capsozyme SB Plus)


Josep juga mengatakan bahwa Capsozyme SB Plus™ aman digunakan dan dikombinasikan dengan berbagai jenis feed additive lainnya. Dengan menambahkan Capsozyme SB Plus™ dalam formulasi pakan, tentunya akan dihasilkan performa ternak yang baik, meningkatkan kesehatan saluran pencernaan, dan tentunya akan lebih menguntungkan. (CR)



BISNIS KULINER DUKUNG PENYERAPAN PRODUKSI UNGGAS PETERNAK DOMESTIK

ILC ke-17 bahas kiat bisnis kuliner produk hasil unggas. (Foto: Istimewa)

Wirausaha dengan di era milenial memiliki sejumlah keunggulan antara lain, mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha dengan memangkas rantai pasok dan distribusi. Digitalisasi bisnis bahkan mampu membuka akses pasar yang jauh lebih luas bagi pelaku usaha hingga ke ranah global, berkat adanya internet dan sosial media.

Di sisi lain, bagi konsumen mendapat manfaat berupa sarana pemerataan akses pasar bagi masyarakat di berbagai pelosok daerah. Adanya bisnis berbasis digital memungkinkan mereka yang berada di daerah mendapatkan produk dengan harga nyaris sama dengan yang tinggal di kota besar.

Bisnis kuliner menjadi tren di seluruh kota di Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Mulai dari menu yang bervariasi, cemilan hingga makanan berat. Memiliki usaha sendiri merupakan keinginan banyak orang. Fleksibilitas kegiatan dan waktu, hingga omzet yang tak terhingga membuat banyak generasi muda lebih memilih menjalankan usaha sendiri ketimbang bekerja di perusahaan.

Hal itu mengemuka dalam Indonesia Livestock Club (ILC) #Edisi17 yang diselenggarakan Indonesia Livestock Alliance (ILA), Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI) dan Poultry Indonesia, Senin (15/2/2021). ILC kali ini dilaksanakan dalam rangka Program Hilirisasi Industri Perunggasan, dengan tajuk “Kiat Bisnis Kuliner Produk Hasil Unggas”.

Kegiatan menghadirkan tiga narasumber, diantaranya Guru Besar Fapet UGM dan owner Super Farm Prof Dr Yuny Erwanto, yang membahas tentang peran peternak dalam menyiapkan bahan baku kuliner hasil unggas yang berkualitas. Kemudian owner Azyro Fried Chicken, Setya Winarno, membahas seputar manajemen stok bahan baku dan distribusi produk ayam dalam grup warung makan dan Excecutive Chef Hotel Bogor, Sahira Inno Satria, yang memaparkan tentang penerapan dapur terpadu (central kitchen) untuk efisiensi kuliner produk hasil unggas.

Kuliner dengan bahan produk hasil unggas merupakan pilihan tepat, apalagi sumber protein hewani ini relatif mudah diperoleh, harga terjangkau, dapat diolah menjadi berbagai hidangan yang mengundang selera dan disukai banyak orang. Berbagai inovasi dapat dilakukan agar bisnis kuliner tetap relevan sesuai permintaan konsumen, sehingga harus mengetahui seluk-beluk karakter produk hasil unggas, memahami permintaan pasar, pemilihan bahan baku, pengelolaan logistik hingga penanganan keamanan pangannya.

Dengan makin banyaknya kuliner berbahan utama produk hasil unggas dengan berbagai inovasi, layanan dan hidangan menarik, maka akan makin banyak masyarakat yang mengonsumsi sumber protein hewani ini, sehingga meningkatkan asupan gizi protein hewani masyarakat, sekaligus meningkatkan konsumsi unggas dan produknya.

“Menyiapkan rumah makan itu harus menyiapkan juga bahan bakunya, yakni dari ayam hidup. Hal tersebut tidak terlepas dari tujuan untuk menjaga kualitas dan kontinuitas bahan baku,” ujar Setya Winarno.

Oleh karena itu, ia mengingatkan untuk senantiasa menjaga aliran bahan baku agar tidak kelebihan atau kekurangan stok. Kelebihan stok akan membuat uang tidak bisa diputar dan bahan menjadi riskan untuk rusak. Sedangkan jika kekurangan stok, rumah makan tersebut akan mengalami libur dan tidak bisa mendapatkan pemasukan karena tidak ada bahan untuk diolah.

Sementara dari sisi peternak sebagai penyuplai bahan baku produk hasil unggas, Yuny Erwanto berpesan agar para peternak bisa memahami prinsip bisnis kuliner seperti rumah makan, yang kebutuhannya memerlukan spesifikasi khusus seperti ukuran, bentuk potongan, jumlah potongan per ekor, jam pengantaran dan lain-lain.

“Peternakan sebagai penyedia bahan baku produk kuliner hasil unggas juga perlu untuk memahami perihal tata niaga seperti kesepakatan harga, persaingan dan cara pembayaran,” kata Yuny. (IN)

HATCHING HOPE BEREKSPANSI KE KENYA

Hatching Hope berekspansi ke Kenya dengan tujuan menjangkau 10 juta orang di fase 1 melalui dukungan langsung kepada peternak unggas dan kampanye kesadaran konsumen. 

Melalui Hatching Hope, Heifer International dan Cargill selangkah lebih dekat untuk mencapai tujuan meningkatkan gizi dan pendapatan 100 juta orang pada tahun 2030. Kenya adalah negara Afrika pertama untuk program keberlanjutan unggas. Program Hatching Hope di Kenya bertujuan untuk meningkatkan sistem peternakan dan pangan unggas saat ini, untuk membangun sistem pasar yang layak dan adil melalui 'Model Distributor' yang berkelanjutan untuk meningkatkan akses pakan dan dukungan teknis bagi 46.000 rumah tangga peternak unggas. “Hatching Hope menggunakan pendekatan system-wide, dengan tujuan meningkatkan nutrisi dan pendapatan bagi peternak unggas kecil dan keluarganya,” kata Adesuwa Ifedi, Wakil Presiden senior Program Afrika untuk Heifer International. 

Program berfokus pada unggas karena banyak peternak kecil lokal yang telah memelihara ayam dan semua anggota rumah tangga dapat terlibat dalam produksi unggas. Beternak ayam adalah salah satu cara yang paling praktis dan berkelanjutan untuk keluar dari kemiskinan, catat Hatching Hope, karena ayam mudah diberi makan, dikembangbiakkan dan dibawa ke pasar, dan tumbuh dengan cepat untuk memberikan penghasilan dengan cepat. Daging dan telur menyediakan sumber nutrisi yang kaya, terutama protein. Country Director Heifer Kenya, George Odhiambo: "Intervensi ini akan mengarah pada penciptaan bisnis unggas milik petani yang menguntungkan dan berkelanjutan melalui akses ke produk, layanan, dan pasar."

Studi yang dilakukan oleh Heifer International mengungkapkan permintaan produk unggas meningkat, dengan pasokan lokal tidak dapat memenuhi permintaan. Oleh karena itu, program ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan pasokan daging dan telur. Kampanye kesadaran konsumen akan mempromosikan manfaat produk unggas untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi keluarga, sekaligus meningkatkan kemandirian finansial dan pengambilan keputusan perempuan dalam keluarga peternak. (via poultryworld.net)

HUBBARD KINI BERUSIA 100 TAHUN

Perusahaan pengembangbiakan ayam broiler Hubbard merayakan hari jadinya yang ke-100 tahun ini. Apa yang dimulai dengan sekawanan kecil unggas di sebuah peternakan di Walpole, AS, berkembang menjadi salah satu perusahaan pembibitan ayam pedaging terkemuka di dunia, bercabang ke 100 negara di seluruh dunia.

Ira dan Oliver Hubbard secara resmi mendirikan perusahaan Hubbard Farms pada tahun 1921. Industri unggas telah mengalami perubahan yang luar biasa selama seabad terakhir, dengan hasil yang dramatis untuk kepentingan umat manusia. Hubbard telah dan akan terus memainkan peran penting dalam industri perunggasan. Sejak awal dan seterusnya, anggota keluarga Hubbard dengan cepat membangun reputasi dan bisnis mereka melalui kerja keras dan cerdas, memberikan respect kepada karyawan dan pelanggan mereka, dan terus meningkatkan kualitas anak ayam mereka.

Evolusi pasar dan permintaan konsumen melibatkan Hubbard Farms untuk terus bergerak dan berkembang. Mereka mengadaptasi pembiakan mereka, memelihara unggas tradisional New Hampshire, untuk mendiversifikasi dan memasukkan jenis bulu putih untuk memenuhi segmen pasar baru. Hingga 1950-an, AS adalah pasar utama mereka, dan ekspansi internasional dimulai pada 1960-an di Eropa dan kemudian ke seluruh dunia. Saat ini, Research & Development menjadi core business mereka untuk memastikan perusahaan terus bergerak maju sambil mendengarkan tren pasar, kebutuhan pelanggan, dan permintaan konsumen. Dalam dekade-dekade berikutnya, bisnis mereka ditandai dengan kesuksesan besar dan beberapa kemunduran.

Kelulusan Oliver Hubbard dari New Hampshire Agriculture College pada tahun 1921 dapat dilihat sebagai awal dari Hubbard dalam bisnis unggas komersial. Sejak tahun 1921 hingga diakuisisi oleh Merck pada tahun 1974, Hubbard selalu menjadi perusahaan keluarga. Pada tahun 1997, perusahaan bergabung dengan ISA-group dari Perancis, dengan fokus murni pada pembiakan ayam pedaging sejak tahun 2003, dan pada tahun 2005, Hubbard diakuisisi oleh Groupe Grimaud (sebuah kelompok keluarga Perancis). Pada Februari 2018, Hubbard menjadi anggota Grup Aviagen, grup keluarga Jerman Erich Wesjohann Group (EWG), dan terus beroperasi sebagai perusahaan pengembangbiakan independen dalam Grup Aviagen. (Sumber Poultryworld.net)

NAMIBIA MENINGKATKAN PRODUKSI UNGGAS

Dengan larangan impor unggas ke Namibia di tengah wabah flu burung di banyak negara Eropa, produsen unggas terbesar di negara itu telah meminta sektor unggas untuk menunjukkan bahwa mereka dapat mencukupi kebutuhan sendiri.

Namibia terus meningkatkan produksi unggas lokal selama 5 tahun terakhir dengan pertumbuhan signifikan yang secara khusus terlihat pada usaha kecil dan menengah (UKM). Wabah flu burung yang sangat patogen (HPAI) baru-baru ini di beberapa negara Eropa telah mengakibatkan penangguhan impor unggas hidup dan produk unggas ke negara tersebut. Produsen unggas terbesar di negara itu, Namibia Poultry Industries (NPI), telah meminta semua produsen unggas di negara tersebut untuk menggunakan kesempatan ini untuk menunjukkan bahwa Namibia dapat mandiri dan memenuhi total permintaan lokal.

“Untungnya, Namibia memiliki industri perunggasannya sendiri yang berfungsi dan tidak sepenuhnya bergantung pada impor. Produksi lokal harus melihat peningkatan, yang positif untuk situasi ekonomi saat ini, ”kata Spesialis Perdagangan Internasional di NPI, Arwil Viviers, menambahkan bahwa Namibia adalah salah satu produsen unggas yang paling efektif dan efisien di kawasan Komunitas Pembangunan Afrika Selatan. “Jadi, produsen lokal harus tetap percaya, terus beroperasi dan menyediakan produk ayam kepada masyarakat Namibia dan menciptakan lapangan kerja dengan melakukan itu.”

Viviers melanjutkan, larangan impor seiring dengan pandemi Covid-19 telah menunjukkan betapa pentingnya memiliki industri lokal, tidak hanya untuk ketahanan pangan tetapi juga untuk ketahanan ekonomi negara. “Melihat wabah Avian Influenza di Eropa seharusnya membuat kita berpikir mengapa kita mengonsumsi produk dari negara-negara tersebut pada awalnya ketika kita memiliki produk yang sama yang diproduksi di rumah oleh orang kita sendiri? Mendukung orang lokal tidak pernah sepenting sebelumnya."

DIES NATALIS KE-55 - LUSTRUM XI - DARI FAPET UNSOED: INOVASI UNTUK NEGERI

GELARAN Dies Natalis ke 55 - Lustrum XI Fapet Unsoed, Rabu 10 Pebuari 2021 ini berlangsung secara hybrid, yaitu kombinasi pertemuan langsung (non virtual) dari Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) di Purwokerto – Jawa Tengah. Dan virtual melalui zoom meeting. Kegiatan di tengah Pandemi Covid-19 kali ini mengharuskan digelar dengan Protokol kesehatan (Prokes) ketat. Hal itu sebagaimana disampaikan Novie Andri Setianto, PhD dalam laporan sebagai Ketua Panitia.

Acara dibuka dengan sambutan Prof Dr Ismoyowati, MP Dekan Fapet Unsoed dan Rektor Unsoed, Prof Dr Suwarto, MS. Keduanya menyampaikan rasa syukur dan bangga atas prestasi yang telah dicapai Fapet Unsoed dalam berbagai peran untuk pembangunan bangsa melalui pendidikan tinggi maupun atas kiprah dan prestasi alumni Fapet Unsoed di tengah masyarakat.

Sebagaimana tajuk Dies Natalis ke 55 - Lustrum XI tentang “Inovasi untuk Negeri” panitia juga menghadirkan Narasumber dalam Orasi Ilmiah tentang Kebijakan Pemerintah dalam Menjamin Ketersediaan Produk Ternak di Era Kenormalan Baru.

Dan Ir Fini Murfiani, M.Si Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan (Dir PPHNak) Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian menyampaikan presentasi mewakili Dirjen Peternakan. Dalam waktu yang terbatas, Fini memaparkan capaian-capaian program Ditjen PKH dalam upaya menjamin ketersedian produk ternak. Misal, untuk memenuhi kebutuhan dan menjamin ketersediaan produk pangan strategis atau ketahanan pangan asal hewan/ternak, pada tahun 2021 Ditjen PKH melaksanakan Program Utama. Yaitu, Program Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan yang berkualitas dengan target produksi daging untuk 7 komoditas ternak sebesar 4,54 juta ton.

Sementara Dr Ir Rahayu Widiyanti, SE., MP, SH., S.Pd AUD sebagai narasumber internal Fapet Unsoed dengan tema Orasi Ilmiah yang sama, lebih menyoroti keterkaitan hubungan antar lembaga dalam pengembangan industri peternakan dalam menghadapi berbagai tantangan yang memerlukan solusi dari hasil kerjasama berbagai kalangan, baik dari pemerintah maupun lembaga lain yang saling men-support. Untuk itu sebagaimana pesan Fini dalam akhir orasinya berharap, agar Fapet Unsoed dengan usiannya yang dewasa kian mampu berperan bersama-sama pemerintah dalam upaya ketersediaan pangan dan kesejahteraan peternak.

Dan pesan dari helat acara ini, bahwa fapet Unsoed sebagai lembaga pendidikan tinggi selalu siap mengabdikan dirinya untuk negeri dengan berbagai inovasi yang dibutuhkan masyarakatnya.

Melalui undangan khusus Zoom meeting, tak kurang 90 peserta mengikuti acara Dies Natalis ke 55 - Lustrum XI Fapet Unsoed yang dihadiri oleh para alumni dari dalam dan luar negeri dari berbagai lembaga.

Dimeriahkan dengan pemberian Award oleh Dekan, kepada para Dosen dan Mahasiswa berprestasi, juga Award diberikan kepada Alumni dan Pihak Mitra kerja. Cindera mata diberikan pula kepada para purna tugas dan turut menghiasi keharuan acara.

Potong tumpeng nasi kuning oleh Prof Dr Ismoyowati, MP dan acara bergambar bersama dengan kaidah Prokes menjadi penutup acara.

Kesan-kesan Alumni

Sementara itu Kafapet-unsoed.com, website yang dikelola keluarga alumni Fapet Unsoed, ikut memeriahkan ulang tahun Fapet Unsoed dengan menyajikan sejumlah artikel, salah satunya artikel tentang kesan-kesan alumni dan tokoh nasional.

Hernani Felomeno Coelho Da Silva salah satu alumni fapet Unsoed asal Timor Leste yang pernah menjadi Menteri Luar Negeri dan Menteri Petroleum Timor Leste ikut memberi kesan-kesan terhadap fapet Unsoed. Tokoh alumni yang pernah menjadi wartawan Infovet itu  mengatakan di belahan dunia manapun berkarya,  alumni Fapet Unsoed tetap dalam satu keluarga Fapet Unsoed.

Sejumlah tokoh nasional juga ikut memberi ucapan selamat antara lain Dirjen peternakan Dr. Nasrullah,  Wakil Gubernur terpilih Sumatera Barat Audy Joinaldy, Dekan Fapet IPB Dr Idat Galih Permana dan Guru Besar Fapet UGM Prof Ali Agus,  dan lain-lain***(DS/Bams)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer