Pada Sabtu (27/2/2021), PDHI Cabang Lampung bekerja sama dengan Red Meat Cattle Partnership, didukung Infovet sebagai media partner, menyelenggarakan Webinar Partnership - PDHI Cabang Lampung dengan tema “Peran Kesehatan dan Kesejahteraan Hewan dalam Bisnis Pembiakan Sapi”. Beberapa narasumber berpengalaman dihadirkan membuat acara ini sangat tinggi antusiasnya. Acara ini dimoderatori oleh Bambang Suharno, Pemimpin Umum Redaksi Majalah Infovet.
Paul Boom (Strategic Advisor Cattle Breeding Red Meat Cattle Partnership) dalam sambutannya menyampaikan bahwa pembiakan sapi brahman cross menguntungkan jika dilakukan secara profesional pengembangan breeding ke grower dan feeder. Faktor kesehatan dan kesejahteraan hewan, mendukung produktifitas ternak.
Sambutan berikutnya dari Direktur Kesehatan Hewan, Drh Fajar Sumping Tjatur Rasa PhD, beliau memaparkan tentang peranan kesehatan hewan dalam pembiakan sapi sangat penting, terkait produktivitas dan peningkatan populasi bibit sapi di Indonesia. Desain genetik merupakan sesuatu yang penting disupport dengan manajemen pakan dan pencegahan, penanganan kesehatan hewan. Manajemen good breeding practice harus memenuhi aspek kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan. Penerapan biosecurity, pemberian anti parasit akan membantu perkembangan reproduksi ternak. Aspek kesehatan hewan harus secara aplikatif mencakup 5 freedom ( bebas dari lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari sakit, cidera dan penyakit, bebas dari rasa takut dan tertekan, serta bebas mengekspresikan perilaku normal dan alami).
Pembicara pertama Drh Nanang Purus Subendro (Ketua PDHI Cabang Lampung). Beliau juga pemilik PT Indo Prima Beef I (3500 ekor) dan II (6000 ekor) telah bermitra dengan PT Samudra Biru Langit dengan kapasitas 700 ekor, Kopkar Gunung Madu (1500 ekor), dan CV Pasa Jaya (700 ekor). Breeding memiliki high risk, low profit, membutuhkan lahan lebih luas, jenis indukan (pure/commercial breed), sarana prasarana, SDM, jenis pakan yang murah dan visible, biaya yang dibutuhkan untuk peningkatan berat badan perhari, pasar masing-masing jenis sapi yang dihasilkan, cash flow, payback periode dan IRR.
Pemateri kedua Dr Drh Susan M Noor (Peneliti BBLitvet Bogor, Balibangtan Kemetan). Pengembangan sapi berdasarkan kaidah kesehatan hewan meliputi status penyakit hewan, pencegahan penyakit, biosecurity dan kesejahteraan hewan. Pencegahan penyakit menjadi lebih efektif daripada penanganan penyakit. Pelaksanaan biosecurity dan kesejahteraan hewan mendukung produktivitas peternakan. Contoh dampak penyakit brucellosis pada pengembangbiakan sapi meliputi abortus, stillbirth, infertilitas (gangguan reproduksi), penurunan produksi. Beberapa penyakit yang berperngaruh terhadap pengembangbiakan sapi meliputi penyakit parasit darah, septisemia epizootika, campylobacter, leptospirosis dan lainya. Penyakit hewan menular berdampak pada kesrawan, produktivitas, kesejahteraan masyarakat dan perdagangan. Pencegahan penyakit perlu melakukan pentingnya identifikasi risiko. Vaksinasi menjadi langkah efektif untuk pencegahan penyakit.
Pembicara ketiga Drh Arief Panji (Manajer dan Animal Health PT KAL – MEDCOAGRO) menyampaikan SISKA (sistem integrasi sapi dan kelapa sawit) di PT KAL dimulai sejah 2010. Pada 2016, dengan lahan 1700 ha lahan sawit dengan populasi 520 ekor dengan supervisi dari Indonesia Australian Commercial Cattle Breeding (IACCB). Sistem rotasi grassing sapi dari satu lokasi ke lokasi yang sama membutuhkan waktu 90 hari. Kandang sapi permanen dipergunakan untuk penanganan penyakit-penyakit serius, pemeriksaan kebuntingan, pemberian obat cacing, recovery induk menyusui dan vaksinasi masal. Seluruh aktivitas perkawinan (join bull) hingga kelahiran dilakukan di area grassing. Kendala-kendala di lapangan meliputi deteksi sapi sakit, penanganan penyakit, mengisolasi sapi sakit dari koloni ke kandang permanen, penanganan distokia. Keuntungan sistem integrasi sapi sawit meliputi penyediaan produksi pakan unuk ternak, penurunan biaya penanganan gulma dan rumput liar serta tersedianya pupuk organik dari sapi ke tanaman sawit. Pada musim kemarau ketersediaan pakan ditambahkan dengan solit sawit (sludge). Beberapa kasus lapangan yang ditemukan meliputi fraktur tulang sapi yang terjebak di kubangan atau rawa, myasis, prolaspus, laminitis karena tertusuk duri sawit.